"Prabowo tidak pernah mengkhawatirkan Jokowi akan menjadi saingannya untuk jadi Capres 2014 yang akan datang. Jokowi pun menjadi Gubernur DKI tahun lalu adalah karena dukungan yang tulus dari Prabowo bersama Ibu Megawati (Ketum PDIP)," kata anggota Dewan Pembina Partai Gerindra, Martin Hutabarat, kepada
Rakyat Merdeka Online, beberapa saat lalu, Senin malam (27/5) .
Dia yakin, hubungan Jokowi dan Prabowo tidak akan rusak hanya karena hasil survei yang menempatkan keduanya saling berhadapan. Menurutnya, Prabowo pun sangat menghargai dan menganggap Jokowi seperti "adiknya" yang sudah dipersiapkan untuk menjadi calon pemimpin bangsa di masa depan, dengan lebih dahulu memberinya kesempatan menjadi Gubernur DKI.
"Adanya hasil survei seolah Jokowi lebih tinggi elektabilitasnya di kalangan warga berpendidikan dibandingkan Prabowo, tidak akan berpengaruh pada penghormatan dan penilaian Prabowo pada Jokowi," tegas Martin menanggap hasil survei CSIS kemarin.
Dia ingatkan bahwa ada keinginan kuat dari kader-kader Gerindra untuk mencalonkan Jokowi menjadi Capres pada Pilpres 2019. Gerindra melihat Jokowi sebagai calon potensial. Namun, pencalonan Jokowi pada Pilpres hanya berhasil kalau dilakukan pada waktu yang tepat dan tidak terburu-buru.
"Biarlah berjalan secara alamiah. Sebab memimpin Indonesia yang begitu besar dan luas dengan segala kebhinekaannya memerlukan calon yang sudah siap. Karena yang kita pertaruhkan adalah nasib dan masa depan NKRI," terangnya.
Dalam 4, 5 tahun ke depan, tambahnya, adalah lebih baik bagi Jokowi menuntaskan kepemimpinannya di DKI Jakarta sambil mempersiapkan diri menjadi Capres 2019. Jokowi disiapkan Gerindra sebagai kesinambungan dari calon presiden Gerindra di Pilpres 2014 yakni Prabowo Subianto.
"Di tahun 2014 kita memerlukan calon pemimpin yang lebih tegas, tidak ragu dan berani mengambil keputusan. Kesinambungan pencalonan Prabowo dan Jokowi ke depan akan menjadi keberuntungan bagi bangsa ini," tandasnya.
[ald]
BERITA TERKAIT: