"Ini berarti industri hilir kelapa sawit kita berkembang. Keberadaan pabrik-pabriknya bisa menyerap tenaga kerja yang lebih besar. Ini berarti juga mengurangi pengangguran sekaligus menurunkan angka kemiskinan," papar dia menanggapi prediksi Dewan Minyak Sawit Indonesia (DMSI) yang menyebutkan Indonesia akan menjadi konsumen CPO terbesar di dunia menggeser India di tahun 2013.
DMSI mengungkapkan, pada tahun 2012 tiga negara konsumen CPO terbesar di dunia adalah India (7,95 juta ton), Indonesia (7,87 juta ton) dan Cina (6,4 juta ton). Komposisi ini pada tahun 2013 diprediksi akan berubah menjadi: Indonesia (9,2 juta ton), India (8,35 juta ton) dan Cina (6,72 juta ton). Adapun produksi sawit Indonesia tahun 2013 diperkirakan mencapai 28 juta ton.
Menurut Nbaiel, meski ada peningkatan konsumsi dalam negeri namun konsumsi tersebut masih relatif kecil dibandingkan CPO yang keluar. Pemakaian dalam negeri 9,2 juta ton berarti sekitar 30 persen. Selebihnya 19 juta ton atau sekitar 70 persen diekspor.
"Kita mengekspor bahan mentah yang memiliki potensi nilai tambah tinggi sebanyak 19 juta ton, sangat disayangkan," keluhnya.
Lebih jauh ia meminta pemerintah agar memberi tambahan insentif guna mendorong percepatan pertumbuhan industri hilir sawit. Targetnya, di akhir tahun 2014 sawit yang keluar tidak lagi dalam bentuk mentah tetapi dalam bentuk produk derivatif/olahan.
"Jika 19 juta ton CPO itu diolah dulu didalam negeri, maka efeknya akan sangat luar biasa bagi penyerapan tenaga kerja. Komoditas kelapa sawit tentu bisa memberikan kontribusi yang signifikan bagi pengurangan angka kemiskinan nasional," demikian Nabiel.
[dem]
BERITA TERKAIT: