Dikutip dari
Reuters, harga minyak Brent turun 24 sen atau 0,4 persen ke level 60,32 Dolar AS per barel. Sementara itu, minyak mentah AS West Texas Intermediate (WTI) turun 22 sen atau 0,39 persen menjadi 56,60 Dolar AS per barel.
Pasar tertekan setelah Amerika Serikat (AS) menawarkan jaminan keamanan bergaya NATO kepada Ukraina dalam pertemuan dengan Presiden Ukraina di Berlin. Langkah yang belum pernah terjadi sebelumnya ini memunculkan harapan di sejumlah negara Eropa bahwa negosiasi untuk mengakhiri konflik semakin dekat.
Tekanan terhadap harga minyak juga datang dari China. Data ekonomi terbaru menunjukkan perlambatan pertumbuhan industri dan konsumsi. Pertumbuhan output pabrik China turun ke level terendah dalam 15 bulan, sementara penjualan ritel mencatat pertumbuhan paling lambat sejak Desember 2022 saat pandemi COVID-19.
“Data ekonomi China yang lemah semakin menambah kekhawatiran bahwa permintaan global belum cukup kuat untuk menyerap peningkatan pasokan minyak,” kata analis pasar IG, Tony Sycamore.
Kondisi ini memunculkan kekhawatiran bahwa strategi China yang mengandalkan ekspor untuk menutupi lemahnya permintaan domestik mulai kehilangan daya dorong. Perlambatan ekonomi di negara konsumen minyak terbesar dunia tersebut, ditambah meningkatnya penggunaan kendaraan listrik, berpotensi menekan permintaan minyak lebih lanjut.
Faktor-faktor tersebut menutupi kekhawatiran pasar soal pasokan, meski AS pekan lalu menyita sebuah kapal tanker minyak di lepas pantai Venezuela. Para pedagang menilai dampaknya terbatas karena masih banyak stok minyak di penyimpanan terapung serta lonjakan pembelian China dari Venezuela sebelum potensi sanksi diberlakukan.
BERITA TERKAIT: