Dimensy.id Mobile
Dimensy.id
Apollo Solar Panel

Keluarga Garda Terdepan Bentengi Anak Sejak Dini Dari Bahaya Radikalisme

 LAPORAN: <a href='https://rmol.id/about/'></a>
LAPORAN:
  • Jumat, 07 September 2018, 06:52 WIB
Keluarga Garda Terdepan Bentengi Anak Sejak Dini Dari Bahaya Radikalisme
Putri Langka/Dok
rmol news logo Belum lama ini ditemukan kasus kirab anak-anak di Jawa Timur dengan simbolisasi perjuangan agama melalui kekerasan. Hal tersebut tentunya menyadarkan bahwa penanaman pemahaman radikalisme ternyata dimulai sistimatis sejak usia dini. 

Bahkan kasus lain juga ditemukan unsur narasi kekerasan dalam pelajaran sekolah anak usia dini.

Untuk itu keluarga melalui orang tua sangat berperan penting dalam membentuk karakter anak sejak usia dini agar ideologi-ideologi permaham radikal yang berkonotasi negatif seperti intolerasi, anti Pancasila dan anti NKRI tidak menyebar ke kalangan anak-anak apalagi melalui menyebar melalui sekolah.

"Anak-anak usia Playgroup, TK, SD seperti itu memang masih punya keterbatasan pola pikir, sehingga mereka biasanya apa yang dia lihat, maka itu yang dia tiru tanpa melalui saringan yang lebih kritis seperti halnya orang dewasa. Untuk itu anak sangat butuh pendampingan orang tua dari apa yang mereka dengar dan  lihat," ujar psikolog anak dan keluarga, Putri Langka di Jakarta, Jumat (7/8).

Putri mengatakan, bahkan tontonan di media sekarang ini kadang-kadang juga tidak bersahabat sehingga semua berita yang ditayangkan seperti adanya ujaran kebencian dan sebagainya seakan-akan mudah ditiru oleh anak-anak.

"Itulah fungsi orang tua untuk mendampingi  anaknya supaya anak tersebut bisa memilah-milah mana yang boleh dilakukan anak dan tidak boleh dilakukan. Dan bahasa yang disampaikan ke anak pun juga yang  sederhana agar mudah diterima oleh anak tersebut," ujar wanita yang sering menghiasi layar televisi dalam acara konsultasi psikologi anak dan keluarga ini.

Ia melihat kasus bom bunuh diri di Surabaya beberapa waktu lalu dalam satu keluarga yang juga melibatkan anak di bawah umur tentunya menjadi sesuatu yang sangat miris. Memang menurutnya, orang tua harus mengajarkan kepada anaknya untuk masuk surga, namun bukan dengan ajaran agama yang salah untuk melakukan jihad yang berujung melakukan aksi bom bunuh diri tersebut.

"Orang tua seperti ini justru perlu mendapatkan wawasan kebangsaan lebih dulu, yang perlu diajarkan mengenai toleransi dan mendapatkan pemahaman agama yang penuh. Karena dengan begitu mereka bisa mengarjakan hal tersebut kepada anaknya," ujar wanita yang juga dosen Fakultas Psikologi Universita Pancasila ini.

Selain itu menurutnya, peranan guru di sekolah juga menjadi hal yang terpenting karena lingkungan anak setelah rumah adalah sekolah. Guru-guru di sekolah harus punya wawasan kebangsaan dan memiliki  toleransi yang tinggi, karena hal tersebut akan dicontoh juga oleh anak-anak  itu.

"Untuk menjadi guru juga harus sangat hati-hati, karena  apa yang ditampilkan dan diucapkan itu pasti akan ditiru oleh murid-muridnya," imbuh wanita kelahiran Surabaya, 14 April 1980 ini.

Hemat dia, perlu juga adanya standar kurikulum pendidikan buat anak usia dini yang dibuat pemerintah agar paham-paham radikal itu tidak masuk ke anak-anak.

"Kalau hanya diajarkan di level pendidikan tingkat atas tentunya akan sangat terlambat. Itu harus diajarkan sedini mungkin," terangnya

Dan cara penyampaianya pun menurutnya  juga disesuaikan dengan tingkatan anak-anak yang akan diajarkan sehingga akan terlihat menarik untuk bisa memahami dengan baik seperti melalui cerita, kartun , film dan segala macamnya.

"Jadi anak-anak bisa familiar dulu untuk melihatnya. Bahwa nanti mereka akan mendapatkan informasi yang lebih lagi sejalan dengan mereka naik tingkatannya, maka mereka akan mendapatkan informasi yang lebih lengkap," lanjut wanita yang juga menjabat sebagai Kepala Biro Humas dan Ventura Universita Indonesia. [wid]
 

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

ARTIKEL LAINNYA