Dimensy.id Mobile
Dimensy.id
Apollo Solar Panel

JENDELA DUNIA

Pesawat Tak Bisa Mendarat, Yang Sakit Semakin Banyak

Asap Riau Pekat

Senin, 29 Agustus 2016, 09:29 WIB
Pesawat Tak Bisa Mendarat, Yang Sakit Semakin Banyak
Foto/Net
rmol news logo Dampak dari kabut asap yang menyelimuti Riau tak hanya mengganggu aktivitas warga, tapi sudah bikin orang sakit. Pekatnya asap membuat kualitas udara di wilayah itu semakin memburuk. Akibatnya, pesawat tidak bisa mendarat, warga yang sakit makin banyak.

Sampai kemarin, kebakaran hutan dan lahan (karhutla) di Provinsi Riau masih belum bisa ditanggulangi. Berdasarkan citra satelit, ada 32 titik panas dari kebakaran hutan dan lahan di provinsi berjuluk Lancang Kuning itu. Daerah yang paling banyak terjadi hot spot adalah Kabupaten Rokan Hilir sebanyak 28 titik. Lainnya tersebar di Pelalawan, Kampar, Meranti, Rokan Hulu, Bengkalis, Inhil dan Inhu. Di Kabupaten Rokan Hilir total lahan yang terbakar mencapai hampir 200 hektar di 5 kecamatan.

Kepala Humas Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Sutopo Purwo Nugroho mengatakan, sebagian besar lahan yang terbakar lahan open akses, kebun masyarakat tanah ulayat dan lahan swasta yang dikuasai masyarakat. "Pembakaran dilakukan untuk pembersihan lahan dengan membakar sebelum dimanfatkan untuk perkebunan," kata Sutopo, tadi malam.

Sebaran asap menyebabkan menurunnya jarak pandang. Di Dumai, jarak pandang dari pagi hingga sore kemarin hanya 1 kilometer. Akibatnya, aktivitas penerbangan di Bandara Pinang Kampai, Dumai terganggu. Pesawat Pelita Air jenis ATR 72 dari Halim Perdana Kusuma, Jakarta gagal mendarat karena jarak pandang di Bandara Dumai hanya 1 kilometer. Karena tidak bisa mendarat, pesawat dialihkan ke bandara Pekanbaru. Di Ibukota Provinsi Riau itu, jarak pandang masih mendingan, berkisar 6-8 kilometer. Di Pelalawan, dampak kabut asap sama buruknya, hanya berkisar 3 kilometer.

Kondisi ini menyebabkan kualitas udara di berbagai daerah di Riau menurun. Berdasarkan laporan dari Badan Lingkungan Hidup Provinsi Riau dan KLHK, Indeks Standar Pencemaran Udara (ISPU) di Bagan Siapi-api (Rokan Hilir) pada tingkat Berbahaya. Adapun di Bengkalis, Rokan Hilir, Dumai Libo pada tingkat sangat tidak sehat dan berbahaya. Sedangkan di Pekanbaru, Kampar, Pelalawan dan Siak masih pada level Sedang.

Kondisi ini menyebabkam jumlah warga yang sakit kian bertambah. Dalam sehari kemarin, Dinas Kesehatan Riau mencatat ada 69 warga Bengkalis yang sakit akibat polusi asap. Jumlah itu antara lain 63 orang terkena infeksi saluran pernafasan akut, empat orang terkena iritasi kulit dan masing-masing satu orang terkena asma dan iritasi mata. "Asap di Bengkalis cukup parah sehingga warga banyak yang mulai sakit," kata Kepala Dinkes Riau Jon Kenedy.

Menurutnya, Pemprov Riau sudah mengirimkan 10 ribu masker medis yang bisa dibagikan kepada masyarakat dan fasilitas pelayanan kesehatan.

Komandan Satgas Siaga Darurat Karlahut Riau Brigjen TNI Nurendi mengatakan, terjadi pergeseran pola pembakaran lahan yang dilakukan oknum tak bertanggung jawab. Titik api cenderung makin banyak pada sore hingga malam hari terutama pada hari libur yakni pada Sabtu dan Minggu. "Kita memang memerlukan peningkatan operasi penindakan karena upaya pencegahan sudah kita lakukan, sampai ada satu anggota kita yang jadi korban jiwa tapi ada saja masyarakat yang tetap membakar," kata Nurendi.

Berdasarkan pantauan Satelit Himawari dari BMKG, asap tipis dari Riau ini terbawa angin ke timur hingga Singapura dan perairan di bagian timur. Kondisi ini menyebabkan kualitas udara di Singapura kembali Tidak Sehat.

Sutopo melanjutkan, upaya pemadaman kebakaran hutan dan lahan masih terus dilakukan. Namun kondisi udara kering menyebabkan api cukup sulit dipadamkan. Apalagi lahan yang terbakar adalah gambut. Luas hutan dan lahan yang terbakar di Riau sejak Januari hingga sekarang sekitar 3.218 hektar.

Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Siti Nurbaya mengatakan, saat ini Indonesia sedang siaga darurat kebakaran hutan dan lahan untuk mengantisipasi dan mencegah bencana asap sebagaimana tahun-tahun sebelumnya. Siti mengatakan, kini setiap saat pihaknya terus melakukan monitoring terjadinya kebakaran hutan dan lahan.

"Pagi, siang dan sore terus kita lakukan monitoring, ada titik api langsung dipadamkan, dan hasilnya dibanding tahun sebelumnya, jumlah titik api turun tajam, antara 70 persen hingga 90 persen," kata Siti, kemarin.

Khusus di Riau, kata dia, tim telah menjatuhkan air hingga 45 juta liter, di Sumatra Selatan, sudah tiga juta liter air. Begitu juga di Kalbar dan Jambi, kini juga sedang terus dilakukan pemadaman. Siti menambahkan, peningkatan jumlah titik api karena tingkat kekeringan udara berdasarkan pemantauan BMKG. Saat ini tingkat kekeringan di daerah Sumatera dan sekitarnya, sudah di bawah 50 milimeter atau sangat kering sehingga harus waspada. Diperkirakan musim kemarau dengan tingkat kekeringan di bawah 100 milimeter itu akan berlangsung hingga pertengahan September 2016.

"Artinya saat ini, seluruh pihak harus benar-benar sangat waspada dan siaga terjadinya kebakaran hutan dan lahan, jangan sampai bencana kabut asap seperti tahun sebelumnya kembali terjadi," pungkasnya. ***

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

ARTIKEL LAINNYA