Korban Bom JW Marriot yang juga Ketua Asosiasi Korban Bom Indonesia (ASKOBI), Tony Soemarno, menjelaskan SOP Perlindungan itu mutlak harus ada dan implementasinya benar-benar dilaksanakan.
"Jelas itu akan sangat berguna untuk melindungi masyarakat dari kemungkinan aksi terorisme. Kalau kerangka dan Undang-Undang sudah ada ditambah SOP yang sudah bagus, tapi implementasinya tidak bagus, itu sama saja bohong. Yang penting bila SOP ini sudah ada, implementasinya juga harus bagus," tegasnya Kamis (22/10).
Pasalnya, dia mengungkapkan bahwa aksi terorisme itu sangat brutal dan tidak berperikemanusiaan. Ia berharap dengan adanya SOP Perlindungan baik di lingkungan kantor pemerintahan, tempat wisata, mall, dan lainnya yang tengah digodok oleh BNPT ini, kedepan, tidak ada lagi orang yang mengalami nasib sama dengan dia dan sekitar 600-an anggota ASKOBI di Indonesia.
Secara pribadi, Tony merasa ngeri dengan berbagai hal yang menyangkut terorisme. Untuk itulah, dia selalu mendukung upaya-upaya preventif dalam mencegah aksi terorisme juga upaya perlindungan yang telah dilakukan BNPT.
Seperti pelaksanaan Focus Group Discussion (FGG) sosialisasi pembuatan SOP Keamanan dan Destinasi Wisata yang telah digelar Subdirektorat Keamanan Lingkungan Direktorat Perlindungan Deputi I BNPT di Hotel Sahati, Jakarta, 21-22 Oktober. Kegiatan itu menghadirkan pakar kriminologi, TNI, Polri, serta Lembaga Kementerian Terkait, dan beberapa mitra lainnya.
Sementara itu Direktur Perlindungan Deputi I BNPT Brigjen Pol Drs H Herwan Chaidir menambahkan, aksi terorisme ini bisa saja terjadi dimana saja. Tapi dari pengamatannya, tempat wisata menjadi salah satu target dari pelaku terorisme seperti Bom Bali 1 dan 2, juga beberapa tempat wisata lainnya.
"Untuk itulah SOP Perlindungan, khususnya destinasi wisata ini memang perlu segera dirumuskan untuk memberi perlindungan kepada masyarakat," tandasnya.
[zul]
BERITA TERKAIT: