Hal ini dilakukan perusahaan pembuat SUV Jeep, Opel Corsas, dan minivan Chrysler untuk mengakali tingginya upah yang harus di bayar kepada pekerja.
Mereka mempekerjakan karyawan di negara-negara tersebut dengan bayaran yang lebih murah dibandingkan gaji yang dibayarkan kepada orang Amerika atau Eropa untuk melakukan pekerjaan yang sama.
Bloomberg melaporkan, orang-orang yang mengetahui masalah tersebut mengatakan Stellantis sedang merekrut insinyur yang biaya per karyawannya serkisar 50.000 euro, atau setara dengan Rp852,4 juta, per tahun.
Biaya tenaga kerja di kota-kota besar seperti Paris dan Detroit bisa mencapai lima kali lipat dari biaya tersebut.
Produsen mobil di negara-negara Barat merasakan tekanan akibat melambatnya permintaan kendaraan listrik sementara mereka berjuang untuk memproduksi kendaraan yang lebih terjangkau.
Produsen termasuk Tesla dan Volkswagen bahkan harus mengurangi karyawan dan memindahkan sebagian produksi ke tempat yang lebih murah.
Meskipun tekanan terbesar terjadi pada merek-merek pasar massal, produsen mobil premium seperti BMW AG juga menambah pekerjaan kerah putih di India dan negara lain untuk memanfaatkan talenta lokal.
"Stellantis saat ini termasuk salah satu perusahaan yang lebih agresif dan kini bertujuan untuk menempatkan sekitar dua pertiga insinyur perusahaannya di negara-negara berbiaya rendah dalam jangka panjang," kata sumber yang tidak ingin disebutkan namanya.
Setelah presentasi pendapatan kuartal pertama minggu ini, saham Stellantis merosot 10,5 persen, penurunan terbesar dalam empat tahun, setelah Chief Financial Officer Natalie Knight mengatakan keuntungan di Eropa dipengaruhi oleh menurunnya permintaan.
“Selalu ada potensi yang lebih besar dalam hal disiplin biaya,” kata Knight.
“Kami akan terus mengoptimalkan biaya tenaga kerja – hal ini merupakan sesuatu yang penting baik bagi pekerja kerah putih maupun, pada tingkat lebih rendah, bagi pekerja kerah biru," ujarnya.
BERITA TERKAIT: