Sepanjang pertandingan, laga berlangsung dengan berbagai insiden fisik. Pemain dari kedua tim kerap terlibat adu fisik yang memicu tensi pertandingan menjadi tinggi. Tidak hanya antar pemain, di jajaran official juga kerap terdengan umpatan bernada emosi karena wasit dinilai tidak memimpin pertandingan dengan baik.
Baku hantam menjadi puncak dari emosi yang terjadi diantara kedua tim. Tim Sumut yang merasa dirugikan atas beberapa keputusan wasit terpancing emosi jelang akhir babak kedua. Menurut mereka, pelanggaran terhadap pemain Sumut di kotak pinalti seharusnya diganjar dengan tendangan 12 pas. Namun wasit tidak memberikannya.
Alhasil setelah peluit panjang berbunyi, sang wasit dan beberapa perangkat pertandingan langsung menjadi sasaran. Terlihat beberapa official mengejar mereka meski berhail dilerai oleh panitia.
Pelatih Sumut, Marasabessy, sangat menyesalkan kepemimpinan wasit yang dinilai sangat merugikan mereka.
"Siapa pun tau, pelanggaran di area kotak pinalti akan mendapat hukuman. Orang awam pun tahu. Tapi wasit menilai bukan pelanggaran. Kan aneh," kesal Marasabessy dalam sesi temu pers.
"Kita tuan rumah bukan berarti minta dibantu, kita hanya minta tegakkan peraturan dalam bertanding. Orang awam sekalipun tau tadinya itu harus finalti. Kalau tadi penalti, situasi permainan bisa saja berubah,” ujarnya.
Sementara pemain Sumut, Herlina memohon maaf kepada masyarakat atas kegagalan mereka lolos ke semifinal. Tapi, mereka sudah berjuang maksimal di lapangan.
“Wasit kurang profesional menurut saya. Apabila tadi beberapa pelanggaran itu dapat penalti dan mungkin hasil berubah dan semangat atlet lebih semangat lagi,” pungkasnya.
BERITA TERKAIT: