Di ajang tersebut Indonesia hanya meraih tiga perak dan tujuh perunggu, melenceng dari target awal yaitu tiga emas. Bahkan pada SEA Games 26 di Jakarta-Palembang Indonesia meraih enam emas.
Menurut Lamting kegagalan itu merupakan tanggung jawab kepala pelatnas dan pelatih. â€Dengan waktu tiga tahun itu sudah lebih dari cukup untuk mengetahui kekuatan timnas maupun lawan di SEA Games. apa masih kurang untuk memikirkan hal-hal seperti itu?†kata Lamting Penyandang DAN VII Kukkiwon saat dihubungi (Kamis, 26/12).
Menurutnya, Pengurus Besar Taekwondo Indonesia (PBTI) jangan mencari alasan pembenaran seperti faktor usia atlet dan alasan lainnya yang tidak masuk akal. Sebab hasil sebuah prestasi yang dinilai adalah kemampuan dan pertanggung jawabannya bukan alasan setelah gagal.
Pria yang juga aktor laga di sinetron Deru dan Debu itu mencontohkan, ketika Taekwondoin Basuki Nugroho,dan Rizal Samsir sukses meraih medali emas SEA Games 2011 lalu di Jakarta.
"Saat itu usia Rizal dan Basuki sudah 30 tahunan, toh bisa meraih medali emas. Kalau atletnya memang ditempa secara serius oleh orang yang mampu menempa pasti ada hasilnya,†kata Lamting yang pernah mengemban tugas sebagai pelatih kepala Pelatnas PB TI era kepengurusan 2007-2011 binaan Grand Master Lioe Nam Khiong sebagai Wakil Ketua Umum PB TI Bidang Prestasi dan Umum.
Disamping itu katanya, tim yang diberangkatkan jelas tidak berdasarkan seleksi yang benar. PB TI sejak 2007 cenderung memilih atlet berdasarkan suka dan tidak suka, juga berdasarkan pelatih pelatnas yang notabanenya diambil dari pelatih pelatda di daerah yang justru merekrut atlet dari masing-masing daerah asal pelatih.
â€Kalau seperti itu pola rekrutmennya jelas itu bukan timnas, apalagi usia mereka toh masih di kisaran 18-25 tahunan. Sudah terlalu banyak kepentingan didalam pelatnas,†ujarnya.
Karena itu setelah Sea Games 2011 Lamting justru memilih keluar dari PB TI dan bergabung dengan UTI Pro.
[dem]
BERITA TERKAIT: