“RDF Plant Rorotan telah dilengkapi Air Pollution Control Devices (APCD) dengan konfigurasi menyeluruh untuk mereduksi polutan secara optimal,” kata Ahli Teknik Lingkungan Institut Teknologi Bandung (ITB), Haryo S. Tomo dikutip dari PPID DKI Jakarta, Selasa 23 September 2025.
Haryo mengatakan, pemasangan unit pengendali dilakukan dengan mempertimbangkan karakteristik emisi secara cermat agar hasil akhir tetap memenuhi baku mutu emisi sesuai ketentuan yang berlaku.
“Alat pengendalian pencemaran udara di RDF Plant Rorotan mengombinasikan unit-unit untuk menyisihkan partikulat, sulfur dioksida (SO?), oksida nitrogen (NOx), dan parameter lainnya," kata Haryo.
Ia menjelaskan, proses pengeringan sampah menjadi RDF dilakukan secara mekanis melalui pembakaran sebagian produk RDF dengan suhu 800?"1.000 °C. Gas panas hasil pembakaran kemudian dialirkan melalui Cyclone, Baghouse Filter, Wet Scrubber, Wet Scrubber tahap 2, Wet Electrostatic Precipitator (Wet ESP), hingga filter karbon aktif sebelum dilepas melalui cerobong.
“Implementasi teknologi ini telah teruji di sektor industri lain. Bahkan pada industri smelting, efisiensi Wet ESP bisa mencapai lebih dari 98 persen,” kata Haryo.
Haryo menambahkan, sistem Cyclone, Baghouse Filter, dan Wet ESP mampu menangkap partikulat besar hingga halus berukuran mikron. Sementara itu, Wet Scrubber tahap 1 dan 2 berfungsi mereduksi gas polutan masam melalui reaksi kimia dengan natrium hidroksida. Adapun filter karbon aktif menyerap senyawa organik, termasuk gas kebauan, sehingga kualitas udara tetap terjaga.
BERITA TERKAIT: