Di era digital saat ini, penyebaran informasi yang cepat, akurat, dan masif merupakan kunci dalam mendukung pencapaian swasembada pangan dan pertanian yang maju, mandiri, dan modern.
Hal itu menjadi topik utama dalam acara Mentan Sapa Petani dan Penyuluh (MSPP) bertajuk 'Kreativitas Tanpa Batas meningkatkan Keterampilan Penyuluh Pertanian dalam Produksi Konten Digital Pertanian' dengan menghadirkan narasumber Ketua Umum Duta Petani Milenial dan Duta Petani Andalan, Rayndra Syahdan Mahmudin yang digelar secara daring pada Jumat, 12 September 2025.
Rayndra menyampaikan bahwa perubahan perilaku masyarakat, khususnya petani muda dan generasi milenial, menuntut penyuluh untuk menyesuaikan pendekatan. Petani saat ini lebih tertarik pada penyajian informasi visual yang dapat diputar berulang-ulang, seperti video singkat di TikTok, Instagram, maupun YouTube.
“Selama pandemi Covid-19, konsumsi konten digital pertanian meningkat drastis. Hal ini menunjukkan adanya peluang besar untuk menjangkau lebih banyak petani melalui kanal digital,” ucap Rayndra dalam keterangan yang diterima redaksi di Jakarta, Minggu malam, 14 September 2025.
“Sayangnya, konten pertanian yang beredar selama ini lebih banyak diproduksi oleh pihak netral atau bahkan yang tidak pro terhadap sektor pertanian. Sedangkan penyuluh maupun petani penerima manfaat bantuan pemerintah jarang mempublikasikan pengalaman mereka. Hal ini membuat program pemerintah kurang terlihat dan seolah-olah tidak sampai kepada petani,” tambahnya.
Ia membeberkan tiga tujuan utama dalam pembuatan konten kreatif. Pertama, konten harus mampu membuat audiens berhenti sejenak dari aktivitas scrolling media sosial dan memperhatikan pesan yang disampaikan.
“Jika video dengan durasi 90 detik langsung dilewati, maka artinya konten tersebut kurang menarik. Kedua, penyuluh diingatkan untuk menggunakan bahasa sederhana, bahasa sehari-hari, bahkan bahasa daerah agar lebih akrab dengan petani binaan,” jelasnya.
Lanjut dia, pemakaian istilah teknis atau bahasa ilmiah sebaiknya dihindari, karena akan sulit diterima oleh mayoritas petani.
“Ketiga, konten kreatif diharapkan dapat menginspirasi petani untuk mencoba hal-hal baru, seperti metode budidaya, teknologi tepat guna, maupun praktik manajemen usaha tani yang lebih efisien,” ungkap Rayndra.
“Penyuluh pertanian tidak hanya bertugas memberikan penyuluhan di lapangan, tetapi juga menjadi agen komunikasi publik di era digital. Melalui konten kreatif, sederhana, dan sesuai dengan bahasa lokal, informasi pertanian dapat disampaikan lebih luas, mudah dipahami, serta mampu meningkatkan citra positif sektor pertanian. Publikasi yang baik juga akan menguatkan posisi program pemerintah di mata masyarakat, sekaligus melawan narasi negatif yang beredar di media sosial,” pungkasnya.
Menteri Pertanian (Mentan) Andi Amran Sulaiman sebelumnya telah meminta kepada seluruh penyuluh pertanian untuk tidak gagap teknologi dan media sosial guna menyebarkan informasi dan capaian sektor pertanian.
Menurut dia, dengan memahami media sosial, berbagai perkembangan sektor pertanian di Indonesia bisa tersebar luas.
"Penyuluh pertanian adalah ujung tombaknya pembangunan pertanian dan peran penyuluh sangat vital dalam swasembada pangan sehingga perlu penguatan komitmen agar satu irama dan satu komando,” ucap Mentan Amran.
Senada, Kepala Badan Penyuluhan dan Pengembangan SDM Pertanian (BPPSDMP) Idha Widi Arsanti menyampaikan penyuluh pertanian wajib memanfaatkan berbagai media digital, yaitu website, media sosial, aplikasi penyuluhan. Hal ini untuk mempercepat penyebaran informasi kepada petani.
“Sebagai garda terdepan transformasi pertanian modern, penyuluh pertanian memiliki peran penting dalam mendampingi petani sekaligus mengawal program strategis Kementan guna mewujudkan swasembada pangan,” ungkap Arsanti.
BERITA TERKAIT: