“Pembelajaran yang mendalam adalah pendidikan yang membebaskan dan mentransendensikan. Kepala sekolah harus peka bukan hanya pada lingkungan sekolah, tetapi juga pada realitas sosial di sekitarnya,” ujar Fajar dalam keterangan yang diterima redaksi di Jakarta, Jumat malam, 12 September 2025.
Terkait situasi nasional terkini, Wamen Fajar mengaitkan relevansi pendidikan dengan perkembangan demokrasi dan dinamika masyarakat. Hal itu ditandai dengan maraknya demonstrasi yang terjadi akhir Agustus 2025.
“Anak-anak kita harus memahami critical thinking. Di era demokrasi, penyaluran aspirasi itu penting, tetapi harus tepat sasaran dan berkeadaban, bukan dengan cara-cara anarkis,” imbuhnya.
Ia juga mengingatkan tentang tantangan media sosial dan teknologi AI. Menurutnya, arus informasi yang deras ibarat ‘tsunami’ yang bisa dimanfaatkan pihak yang tidak bertanggung jawab.
“Tantangan kita saat ini adalah bagaimana mendidik dan mengawasi anak-anak kita agar memiliki daya nalar kritis, sehingga tidak mudah terpengaruh oleh informasi yang belum tentu benar dan provokatif,” ungkap dia
Lanjut Wamen Fajar, komitmen nyata Kemendikdasmen di bawah kepemimpinan Abdul Mu'ti adalah menyiapkan kepemimpinan sekolah yang adaptif, strategis, dan responsif terhadap perubahan zaman.
“Kepala sekolah yang kreatif, peka sosial, dan memiliki visi transformatif adalah kunci bagi peningkatan kualitas pendidikan Indonesia saat ini dan di masa depan" pungkasnya.
Ia pun menjelaskan tiga peran strategis kepala sekolah saat ini, yaitu instruktif (mampu mengarahkan), transformatif (mengubah pola pikir dan perilaku), serta distributif (mampu mendelegasikan peran).
BERITA TERKAIT: