Kegiatan ini dihadiri perwakilan instansi, lembaga, stakeholder dan komunitas ojol untuk mendiskusikan terkait permasalahan seputar ojek online seperti kenaikan tarif, bagi hasil, status kemitraan, dan lain-lain..
“Dari awal acara dimulai juga terlihat sudah tidak kondusif. Pihak korban aplikator belum apa-apa sudah banyak interupsi yang tidak jelas, apa lagi R4 dari mereka merasa tidak di undang untuk acara tersebut yang mana ternyata FGD itu merupakan agenda khusus untuk ojol bukan taksi online,” kata Humas Unit Respon Cepat (URC), Erna, lewat keterangan resminya, Jumat, 25 Juli 2025.
Ketua MOOSI, Danny Stephanus, mengecam lemahnya pengawasan panitia. Ia menyebut sejumlah oknum dari kelompok "korban aplikator" seperti Garda dan SPAI justru memicu keributan dan interupsi tak relevan.
“Lucunya, dari kubu korban aplikator malah memaksa untuk berbicara padahal tidak memiliki akun, ditambah lagi dia menyerukan agar seluruh pihak termasuk Kemenhub yang tidak memiliki akun untuk keluar ruangan. Wong kalau bicara otaknya dipakai dulu, masa yang punya acara disuruh keluar,” kata Danny keheranan.
Situasi memanas saat forum bubar, saat perwakilan URC dan Garda nyaris bentrok di luar hotel. Ratusan anggota URC berkumpul di tiga titik hingga polisi menurunkan dua kompi untuk meredam situasi.
URC yang selama ini dikenal fokus pada bantuan sosial bagi ojol, menyebut keterlibatannya di FGD sebagai sinyal serius atas kondisi dunia ojol yang dianggap semakin dipolitisasi.
BERITA TERKAIT: