Oleh karena itu, setiap terobosan atau gagasan yang muncul dalam dunia pendidikan selalu menarik perhatian banyak pihak–baik itu pengamat, pendidik, maupun masyarakat umum.
Menurut Ketua Umum Forum Milenial Nasaruddin Umar, Muhammad Rafly Setiawan terafit penerapan "Kurikulum Cinta" dalam dunia pendidikan. Gagasan ini tentunya mengundang berbagai reaksi dan opini, baik yang mendukung maupun yang mengkritik.
“Sebagai sebuah konsep yang menantang norma pendidikan tradisional, Kurikulum Cinta mengusung ide bahwa pendidikan bukan hanya tentang mengajarkan pengetahuan dan keterampilan, tetapi juga tentang membentuk karakter yang penuh kasih sayang dan empati terhadap sesama,” ucap Rafly dalam keterangannya, Jumat, 4 April 2025.
Lebih jauh, ia mendorong pentingnya generasi mudamemahami konteks munculnya gagasan ini.
“Prof. Nasaruddin Umar merupakan seorang intelektual, ulama, dan akademisi yang dikenal memiliki pemikiran-pemikiran yang progresif dan moderat dalam berbagai aspek kehidupan, terutama dalam kaitannya dengan agama, sosial, dan pendidikan,” jelasnya.
“Dalam beberapa kesempatan, beliau telah menekankan pentingnya pendidikan karakter yang sejalan dengan nilai-nilai agama dan kemanusiaan,” tambah Rafly.
Dalam pandangannya, pendidikan tidak seharusnya hanya fokus pada pengembangan intelektual, tetapi juga pada pembangunan moral dan spiritual siswa.
“Kurikulum Cinta muncul sebagai solusi terhadap beberapa masalah mendasar dalam sistem pendidikan Indonesia, terutama yang terkait dengan rendahnya tingkat empati, toleransi, dan rasa kasih sayang di kalangan generasi muda,” beber dia.
Dalam konteks ini, Kurikulum Cinta diusulkan untuk dijadikan bagian integral dalam pendidikan di Indonesia, dengan harapan dapat menciptakan siswa yang tidak hanya pintar secara intelektual, tetapi juga bijaksana dalam bertindak dan penuh kasih terhadap sesama.
Pada dasarnya, Kurikulum Cinta berfokus pada pengajaran nilai-nilai cinta, empati, dan kasih sayang dalam kehidupan sehari-hari. Nilai-nilai ini, menurut Prof. Nasaruddin Umar, harus diajarkan sejak dini dalam sistem pendidikan formal.
Kurikulum ini tidak hanya sekedar mengajarkan siswa untuk mencintai diri sendiri, melainkan untuk menghargai, memahami, dan menyayangi orang lain tanpa memandang perbedaan suku, agama, ras, atau golongan.
Secara lebih rinci, Kurikulum Cinta bertujuan untuk mengajarkan tiga aspek utama, yakni cinta terhadap Tuhan, cinta terhadap diri sendiri, dan cinta terhadap sesama.
Cinta terhadap Tuhan mengajarkan siswa untuk mengenal, mencintai, dan mendekatkan diri kepada Tuhan melalui pembelajaran agama yang mendalam dan relevan dengan kehidupan sehari-hari. Ini akan membentuk landasan spiritual yang kokoh dalam diri siswa.
Selain itu, cinta terhadap diri sendiri adalah soal mengajarkan pentingnya mencintai diri sendiri sebagai bagian dari menghargai hidup yang diberikan Tuhan. Ini termasuk pembelajaran tentang self-love, self-care, dan pentingnya kesehatan mental.
Dan yang terakhir adalah cinta terhadap sesama manusia yang mengembangkan sikap empati dan saling menghargai antar sesama manusia, yang meliputi toleransi, kerjasama, dan kerja sosial.
Kurikulum ini menekankan pentingnya memahami dan menghormati perbedaan, serta mengedepankan prinsip keadilan sosial.
BERITA TERKAIT: