Dimensy.id Mobile
Dimensy.id
Apollo Solar Panel

Krisis Harga Gabah, Petani di 16 Provinsi Tertekan Akibat Harga Rendah

 LAPORAN: <a href='https://rmol.id/about/agus-dwi-1'>AGUS DWI</a>
LAPORAN: AGUS DWI
  • Jumat, 17 Januari 2025, 13:32 WIB
Krisis Harga Gabah, Petani di 16 Provinsi Tertekan Akibat Harga Rendah
Ilustrasi sawah siap panen/Istimewa
rmol news logo Per 15 Januari 2025, sebanyak 16 provinsi di Indonesia masih mencatat harga jual gabah kering panen (GKP) di bawah Harga Pembelian Pemerintah (HPP) yang ditetapkan. Kondisi ini menimbulkan kekhawatiran di kalangan petani karena pendapatan mereka jauh dari harapan. 

Berdasarkan data yang dihimpun, harga rata-rata gabah di sejumlah daerah bahkan berada di kisaran Rp5.000 hingga Rp6.000 per kilogram. Lebih rendah dibandingkan HPP terbaru sebesar Rp6.500 per kilogram. Sehingga hal ini dapat mengancam kesejahteraan petani dan stabilitas ekonomi pedesaan.

Di wilayah Sumatera, beberapa provinsi seperti di Aceh dan Sumatera Utara mencatat harga rata-rata di bawah Rp6.000. Misalnya di Kabupaten Aceh Tenggara, harga gabah rata-rata mencapai Rp6.100, sementara di Kabupaten Deli Serdang hanya sekitar Rp6.000 per kg.

Situasi serupa juga terjadi di Provinsi Sumatera Selatan dan Jambi, dengan rata-rata harga gabah masing-masing Rp5.900 dan Rp6.000.

Bahkan harga gabah di Jawa Barat cukup mencemaskan. Di Kabupaten Sukabumi misalnya, harga rata-rata mencapai Rp5.573. Termasuk di beberapa daerah seperti Parakansalak dan Waluran, harga hanya berkisar antara Rp4.500 hingga Rp5.000. 

Kondisi serupa juga ditemukan di Provinsi Jawa Timur, dengan rata-rata harga Rp5.795 per kg. Bahkan di Kabupaten Trenggalek dan Ponorogo mencatat harga di bawah Rp5.000.

Kesenjangan Harga di Kawasan Timur Indonesia

Kondisi yang tidak kalah parah terjadi di kawasan timur Indonesia. Di Provinsi Maluku dan Gorontalo, harga gabah rata-rata berada di bawah Rp5.500. Provinsi Gorontalo, harga gabah hanya Rp5.000 di sebagian besar wilayahnya. 

Situasi ini menjadi tantangan besar bagi petani di daerah tersebut yang mengandalkan pertanian sebagai sumber penghidupan utama.

Dengan rendahnya harga gabah di banyak wilayah, petani mengeluhkan sulitnya mencapai kesejahteraan. Padahal, biaya produksi gabah seperti pupuk dan tenaga kerja terus meningkat. Pemerintah khususnya Bulog diharapkan dapat mengambil langkah konkret untuk menstabilkan harga gabah di tingkat petani. 

Bulog diharapkan segera turun tangan menyerap gabah mereka. Tanpa langkah cepat Bulog, kondisi ini dikhawatirkan semakin memperburuk kesulitan ekonomi petani.

Sebagai lembaga yang bertugas menjaga stabilitas harga pangan, Bulog diharapkan dapat bergerak cepat agar nasib petani tidak semakin terpuruk. Selain membantu petani, langkah ini juga diperlukan untuk memastikan sektor pertanian tetap menjadi tulang punggung ketahanan pangan nasional. rmol news logo article
EDITOR: AGUS DWI

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

ARTIKEL LAINNYA