Pantauan
RMOLAceh, warga dari berbagai penjuru kota berkumpul untuk mengenang tragedi yang merenggut ratusan ribu jiwa itu. Dengan membawa bunga tabur dan lembaran Surah Yasin, warga melantunkan doa bersama untuk para arwah keluarga yang dimakamkan di lokasi tersebut.
Maya (30), warga Gampong Laksana, Kuta Alam, mengungkapkan, kunjungan ini telah menjadi rutinitas tahunan baginya.
“Saya yakin keluarga saya yang tidak sempat ditemukan, dimakamkan di sini. Mereka sudah tenang di sisi Allah,” ujarnya Maya saat berbincang dengan
RMOLAceh, Rabu, 26 Desember 2024.
Maya kehilangan seluruh anggota keluarganya dalam bencana tersebut. Meski masih merasakan duka yang mendalam, ia mengaku telah mengikhlaskan takdir. Ia juga berharap pemerintah dan masyarakat terus menjaga keberadaan Kuburan Massal Ulee Lheue.
“Tidak ada harapan banyak, semoga tempat ini tidak terbengkalai. Kita jaga bersama,” ucapnya.
Kuburan Massal Ulee Lheue, yang terletak di Gampong Ulee Lheue, Kecamatan Meuraxa, menjadi salah satu saksi bisu tragedi Tsunami Aceh. Ribuan jasad korban dimakamkan di sini, termasuk keluarga Maya.
Sementara itu, Agus (40), warga yang baru beberapa tahun terakhir berani mengunjungi kuburan tersebut, mengaku masih dihantui trauma.
“Dulu saya tidak sanggup ke sini. Rasanya terlalu berat. Tapi sekarang, saya mulai belajar menerima,” ungkapnya.
Bagi Agus, peringatan 20 tahun tsunami menjadi momen refleksi sekaligus pengingat untuk terus melanjutkan hidup.
“Saya sudah berusaha bangkit, meski masih sakit. Tapi hidup kita harus terus berjalan, apalagi saya yakin (mereka) syahid,” ujarnya.
BERITA TERKAIT: