Keempat peneliti itu mendapatkan pendanaan riset senilai Rp100 juta, karena dinilai telah melakukan terobosan inovatif terhadap agenda Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN) 2025-2045 untuk mencapai Indonesia Emas 2045.
Peneliti yang meraih penghargaan tersebut antara lain Della Rahmawati (Dosen dari Universitas Swiss German), Rachma Wikandari (Dosen Universitas Gadjah Mada), Prasanti Widyasih Sarli (Dosen dari Institut Teknologi Bandung), dan Deliana Dahnum (Peneliti Ahli Madya dari Pusat Riset Kimia, Badan Riset dan Inovasi Nasional).
Pemenang perempuan peneliti tersebut dinilai telah menciptakan solusi inovatif yang berfokus pada ketahanan pangan, energi berkelanjutan, dan ketangguhan bencana.
"Selama lebih dari dua dekade, program ini telah menyediakan wadah bagi perempuan untuk berkarya, berbagi inspirasi, dan membangun karier dalam dunia sains. Program ini tidak hanya membantu para perempuan peneliti Indonesia, namun juga mempersiapkan mereka untuk bersaing di panggung sains internasional," kata Ketua Harian Komisi Nasional Indonesia untuk UNESCO (KNIU), Itje Chodidjah di Hotel Sultan, Jakarta.
Della Rahmawati, Dosen dari Universitas Swiss GermanMelalui penelitian di bidang ketahanan pangan, Della berfokus untuk mengatasi stunting, khususnya pada gizi ibu hamil dan anak.
Inovasi yang dikembangkan yaitu membuat taburan nori,seperti furikake Jepang dengan berbasis dari tanaman liar kelakai yang dipadukan engan tempe non-kedelai yang kaya zat besi. Penelitian ini diharapkan dapat mendukung kesehatan masyarakat dan meningkatkan gizi ibu dan anak di Indonesia.
Rachma Wikandari,Dosen Universitas Gadjah MadaDalam penelitiannya, Rachma akan mengembangkan daging vegan sumber protein dan mineral berbasis jamur benang (Rhizopus oligosporus), dan limbah tempe sebagai solusi nabati yang lebih terjangkau dan bergizi.
Penelitiannya ini juga bertujuan untuk mengurangi stunting dan mendukung ekonomi sirkular dengan memanfaatkan limbah pabrik tempe.
Prasanti Widyasih Sarli, Dosen dari Institut Teknologi BandungDosen dari ITB ini menawarkan inovasi dengan kecerdasan buatan (AI) untuk mengidentifikasi kerentanan bangunan perkotaan terhadap gempa, guna membantu pemerintah merancang bangunan tahan bencana dan mengurangi risiko korban jiwa.
Deliana Dahnum, Peneliti Ahli Madya dari Pusat Riset Kimia, Badan Riset dan Inovasi Nasional
Dalam kesempatan ini, Deliana meneliti bio-jet fuel berbahan kelapa menggunakan katalis metal-organic frameworks (MOFs) untuk digunakan sebagai bahan bakar avtur, untuk mengurangi emisi karbon.
Inovasi ini memanfaatkan sumber daya lokal, mendukung produksi bahan bakar ramah lingkungan, dan memperkuat konektivitas ekonomi di Indonesia.
Ketua Dewan Juri FWIS 2024,Herawati Sudoyo yang ikut mengkurasi proposal riset tersebut mengatakan bahwa ia telah menyaksikan perempuan peneliti Indonesia berupaya menghadirkan solusi praktis dari berbagai masalah atau tantangan yang dihadapi pemerintah Indonesia
"Keberanian mereka untuk berinovasi dan komitmen dalam menghasilkan penelitian yang berdampak positif menunjukkan bahwa perempuan memiliki peran penting dalam kemajuan ilmu pengetahuan Indonesia dan dunia,” tuturnya.
BERITA TERKAIT: