Sebaliknya, masyarakat perlu waspada dengan musim kemarau tahun depan yang terjadi pada Agustus hingga September, dengan potensi terjadinya kebakaran hutan dan lahan (Karhutla).
Begitu yang diurai oleh Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Dwikorita Karnawati dalam konferensi pers pada Kamis (29/12).
"Ada potensi untuk terjadi karhutla meningkat tahun lalu dan tiga tahun terakhir. Ada potensi lebih kering (daripada) selama tiga tahun terakhir, kurang lebih mendekati kondisi kemarau 2019," ujar Dwikorita.
Dwikorita menjelaskan, kondisi kering akan dipengaruhi oleh melemahnya fenomena La Nina. Ini adalah fenomena mendinginnya suhu pemukaan laut di Samudra Pasifik bagian tengah dan timur.
Dengan situasi ini, potensi karhutla mulai meningkat pada Juni hingga September 2023, dengan zona coklat akan mulai muncul pada Mei 2023.
"Itu musim kemarau, menjadi kembali seperti 2019, tidak seperti tahun lalu, 2020, atau 2021, kemaraunya basah," lanjutnya.
BERITA TERKAIT: