Sehingga ada dua '3M' yang kini harus dijalankan secara disiplin oleh masyarakat guna menghindari terjangkit DBD di tengah pandemi.
Dijelaskan Wakil Walikota Jakarta Pusat, Irwandi, meski selama Oktober kemarin kasus DBD masih relatif aman namun pihaknya tetap meminta warga untuk menerapkan gerakan 3M, alias menguras, mengubur, dan menutup wadah air.
"Kami minta warga tetap aktif melakukan gerakan menguras, mengubur dan menutup, sehingga tidak ada jentik nyamuk demam berdarah," ucapnya saat dikonfirmasi, Kamis (4/11).
Sementara itu, Kepala Suku Dinas Kesehatan Jakarta Pusat, Erizon Safari menjelaskan, berdasarkan data hingga Oktober 2020 untuk kasus DBD terpantau masih dapat dikendalikan.
Dari awal tahun hingga Agustus 2020, ungkap Erizon, hanya ada 362 kasus. Sementara, pada September tidak ada kasus.
Hal ini tampaknya tak lepas dari kerja keras seluruh Puskesmas di Jakarta Pusat dengan tetap gencar melakukan penyuluhan 3M dalam upaya mencegah kasus demam berdarah.
"Kami juga gencar membina warga agar menjadi jurupantau jentik mandiri di rumah masing masing," imbuhnya.
Sekadar info, berdasarkan situs
dbd.bmkg.go.id yang berisi peringatan dini DBD di DKI Jakarta, untuk November 2020 tingkat Kecocokan Iklim (RH) untuk DBD di wilayah Jakarta Pusat berada di level Sedang dengan probabilitas 75 persen. Sementara Angka Insiden (AI) DBD di Jakarta Pusat bernilai 0,3 yang artinya masih masuk kategori aman.
BERITA TERKAIT: