Ia menyebut kondisi itu denÂgan istilah "Jamila" atau "Jadi Miskin Lagi". Khofifah mengatakan, sekitar 80 persen dari warga yang terkena bencana alam ini kembali berstatus jadi miskin, alias jamila. Padahal, sebelumnya status mereka sudah sejahtera.
"Berdasarkan pemetaan wilayah yang dilakukan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), selama Desember 2017, ada 323 kota dan kabuÂpaten di Indonesia, yang berisiko tinggi terhadap bencana alam, mulai dari banjir, gunung meÂletus dan tanah longsor," kata Mensos di Malang.
Mensos mengatakan, penanganan pada tahap tanggap darurat harus jadi prioritas, termasuk bantuan pangan dari pemerinÂtah. Pemerintah Daerah harus mau mengeluarkan SK Tanggap Darurat agar bisa mengeluarkan cadangan pangan di gudang Bulog.
Untuk tingkat kota dan kabuÂpaten, katanya, cadangan pangan bagi masyarakat yang bisa dikeÂluarkan di bawah 100 ton, untuk tingkat provinsi hingga 200 ton, dan di atas 200 ton harus melalui SK Menteri Sosial (Mensos).
"Saya kira Standard Operating Procedure (SOP)-nya sudah sangat jelas, sehingga kepala daerah tidak perlu ragu. Jika beÂras cadangan yang dikeluarkan untuk penanganan bencana alam itu tidak mencukup, bisa mengaÂjukan ke Kemsos," ujarnya.
Sebelumnya, Mensos mengeÂmukakan jika angka pengungsian hingga September 2017 mencaÂpai 3,2 juta jiwa. Angka tersebut naik signifikan jika dibandingÂkan dengan tahun 2016 yang hanya 2,7 juta jiwa dan 2015 mencapai 1,2 juta.
Sementara itu, Wakil Rektor 1 UMM Prof Syamsul Arifin mengatakan, keberadaan Muhammadiyah Disaster Menagament Center (MDMC), dan para relawannya sangat dibutuhkan karena Indonesia adalah negara rawan bencana.
"Harapan kami, MDMC mamÂpu mengatasi dan menangani seÂtiap terjadi bencana alam, sekaliÂgus melakukan kegiatan penting lainnya, seperti meningkatkan kepekaan dan kepedulian terhÂadap bencana, apalagi MDMC menjadi frontliner hari relawan yang diinisiasi tahun 2016 di Yogyakarta," ucapnya.
Jambore Nasional ke-2 Relawan Muhammadiyah yang dinisiasi MDMC berlangsung selama empat hari (30 November hingga 3 Desember), di kampus Universitas Muhammadiyah Malang (UMM). ***
BERITA TERKAIT: