Apel dan simulasi ini dalam rangka menyemarakkan Hari Kesiapsiagaan Bencana Nasional (HKBN) 2017.
Apel dan simulasi penanganan kejadian bencana LPBI NU digelar di seluruh wilayah Indonesia dengan melibatkan 1,5 juta pelajar dan santri. Dan untuk di Pesantren Asshiddiqiyah diikuti 1.300 santri dan pelajar.
Ketua PP LPBI NU, M. Ali Yusuf mengatakan apel dan simulasi ini bekerjasama dengan IPNU, IPPNU, RMI-NU, LDNU dan LP Ma'arif NU.
"Apel yang dilakukan serentak menjadi spirit kesiapsiagaan pelajar dan santri untuk lebih siap menghadapi ancaman bencana," kata Ali.
Ia berharap kegiatan apel dan simulasi ini bukan yang pertama dan terakhir, tetapi terus dilakukan secara rutin sesuai dengan jenis ancaman dan kapasitas di wilayah dan lingkungannya masing-masing agar masyarakat dan seluruh komponen bangsa semakin meningkat kemampuannya dalam menghadapi setiap ancaman bencana.
"Sehingga risiko dan dampak bencana dapat terus diminimalkan dan Indonesia menjadi bangsa yang tangguh bencana," ucap Ali.
Letak geografis Indonesia yang berada di antara tiga lempeng aktif dunia, yaitu Eurasia, Indo-Australia, dan Pasifik serta adanya "ring of fire" dengan deretan gunung berapi yang masih aktif, mulai dari ujung utara Sumatra, hingga Papua merupakan faktor penyebab Indonesia sebagai kawasan yang rawan bencana. Selain itu, dampak perubahan iklim juga berpengaruh terhadap tingginya intensitas dan frekuensi kejadian bencana hidrometeorologis seperti yang terjadi beberapa tahun terakhir.
Data dari Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) RI menunjukkan bencana bahwa tahun 2016 merupakan rekor tertinggi jumlah kejadian bencana sejak 10 tahun terakhir, yaitu 2.342 kejadian atau meningkat 35 persen dari tahun 2015. Dampak yang ditimbulkan oleh rentetan kejadian bencana selama 2016 adalah 522 orang meninggal, 3,05 juta penduduk mengungsi, 69.287 unit rumah rusak, serta 2311 unit fasilitas umum rusak.
[rus]
BERITA TERKAIT: