Rumah adat tersebut dibangun kembali untuk menggantikan rumah adat lama yang kondisinya sudah rusak berat.
Pemerintah Kabupaten Bengkalis mengusulkan rumah adat Suku Sakai di daerah Sobanga Desa Kusumbo Ampai, Kecamatan Mandau sebagai objek wisata baru di Provinsi Riau.
"Rumah adat ini pasti akan dicari oleh peniliti dan wisatawan. Pasalnya Suku Sakai merupakan salah satu masyarakat adat asli di Provinsi Riau yang tersebar di sejumlah kabupaten, yaitu Kampar, Bengkalis, Indragiri hulu, dan Siak. Mereka tergolong Melayu Tua (Proto Melayu) yang awalnya hidup nomaden dengan bergantung pada hasil hutan," kata Bupati Bengkalis Achmadsyah Harofie.
Direktur IKPP, Hasanuddin mengatakan nilai kebudayaan yang tinggi merupakan hal penting yang harus dipelihara sebagai kekayaan negara yang dapat dibanggakan secara internasional. Rumah adat Sakai adalah salah satunya yang perlu dilestarikan.
Rumah adat tersebut berdiri di lahan seluas sekitar 1,3 hektar di lokasi lama dan menggunakan konstruksi lebih kuat karena menggabungkan kayu dan besi. Pembangunan rumah adat tersebut menghabiskan biaya sekitar Rp 1 miliar.
Ketua Adat (Bathin) Sakai, M. Yatim mengatakan, rumah adat yang berbentuk rumah panggung itu merupakan kekayaan budaya bagi warga Sakai. Tempat itu juga berfungsi sebagai museum karena berisi beragam peralatan dan peninggalan Suku Sakai, seperti baju dari kulit kayu, foto kehidupan masyarakat Sakai tempo dulu, alat musik, peta tanah adat, hingga keris kuno.
"Kami menggunakan rumah ini untuk dapat saling berbagi ilmu, melatih kesenian khas adat Sakai dan mempererat hubungan persaudaraan kami. Kami berharap agar perusahaan dapat terus memelihara dan mendukung kelestarian budaya kami di masa depan, sehingga tercipta hubungan yang berkesinambungan antara masyarakat lokal dan perusahaan," kata M. Yatim.
Kepala Operasional Riau Arara Abadi, Appathurai Rajasingham menambahkan, keberadaan perusahaan kayu yang bekerja di area bersebelahan dengan tempat tinggal suku Sakai itu, diharapkan dapat meningkatkan taraf hidup masyarakat adat dengan memberikan lapangan pekerjaan.
"Kami bekerja sama dengan Yayasan Sakai Bathin Delapan dan Lima Sungai Jenih mengembangkan 300 hektar tanaman karet di dalam konsesi PT. Arara Abadi. Kami juga memberikan kebebasan kepada komunitas Sakai untuk menanam tanaman menggolo yam sebagai makanan utama mereka di dalam konsesi kami," katanya.
[wid]
BERITA TERKAIT: