Aditya meninggal dunia pada tanggal 8 Juni 2014 saat mengikuti kegiatan pecinta alam yang dilaksanakan oleh STIKES Ngudi Waluyo. Aditya adalah mahasiswa semester III Universitas Semarang. Ia bersama 104 mahasiswa dari berbagai kampus di Semarang berangkat dengan menggunakan bus untuk melakukan pendagian ke Gunung Prau Wonosobo Dieng Jawa Tengah, pukul 1 siang tanggal 7 Juni.
Dan setengah 8 pagi besoknya, pihak keluarga mendapat kabar kalau Aditya meninggal dunia. Aditya menghembuskan napas terakhir saat dalam perjalanan dari lokasi pendakian ke salah satu puskesmas terdekat.
Gunansar, ayah dari Aditya saat dihubungi
RMOL mengatakan, ada yang tidak wajar dari kepergian anak sulungnya itu. Gunansar mengaku tidak mendapat penjelasan yang utuh dari kematian Aditya, baik dari pihak STIKES atau dari puskesmas.
"Waktu itu saya tidak sadar. Mereka mengatakan anak saya meninggal biasa. Dari puskesmas juga tidak ada otopsi," kata Gunansar dalam percakapannya dengan redaksi siang ini (Rabu, 15/10).
Namun, lanjut Gunansar, ada salah satu teman anaknya yang mengatakan, kenapa keluarga almarhum tak melakukan komplain. Karena di kaki Aditya ada luka yang tidak wajar.
"Tapi panitianya mengatakan itu hanya kena sepatu," ujar Gunansar, sambil menambahkan banyak juga pelayat yang mengatakan ada luka di kaki anaknya yang tidak wajar.
Gunansar sebenarnya tidak mau memperpanjang masalah ini, sebagai orang biasa ia sudah mengikhlaskan kepergian anaknya untuk selama-lamanya. Ia hanya ingin permasalah ini bisa diselesaikan dengan kekeluargaan.
"Saya ini orang bodoh dan miskin. Saya sebenarnya sudah ikhlas. Saya hanya ingin mereka (STIKES) bertanggung jawab," ungkapnya.
Tanggung jawab yang dimaksud Gunansar adalah, semacam santunan atau asuransi. "Saya ini orang miskin. Aditya adalah anak pertama, dia adalah harapan saya," imbuhnya.
Gunansar menceritakan, pihak STIKES sudah sering menjanjikan akan memberi santunan kepada keluarga almarhum. Namun sampai saat ini janji-janji tersebut belum juga dipenuhi. Ia pun mengatakan sudah sering bolak-balik ke STIKES, namun pihak kampus terkesan mau lepas tanggung jawab.
"Terakhir saya ke sana Senin kemarin (13/10). Tapi nggak ada yang mau nemuin saya," terangnya polos.
Gunansar menerangkan, ia selalu berkomunikasi dengan Ibu Yuli (pihak STIKES). Dari Yuni ia selalu dijanjikan akan bertemu dengan pimpinan (Rektor) STIKES Ngudi Waluyo, Asaat Pitoyo. Namun sampai saat ini ia belum pernah bertemu.
"Saya sebenarnya hanya minta kekeluargaan, santunan. Saya orang nggak punya kalah terus, saya sebenarnya nggak mau nuntut. Tapi saya tidak tahu harus minta tolong siapa lagi. Saya tidak punya apa-apa lagi. Oleh karena itu saya mohon bantuan bapak agar santunan. Tolong bapak, saya orang bodoh dan miskin tapi ingin dimanusiakan," demikain Gunansar.
[rus]
BERITA TERKAIT: