"Wujud toleransi itu salah satunya ada dalam surat Al-Kafirun, dalam salah satu ayat mengajarkan untuk tidak saling menghormati agama masing-masing," jelas pengurus Pondok Pesantren Elbayan Majenang, Cilacap, Jawa Tengah, Maslan Durori kepada
RMOL, Selasa (14/10).
Pesantren juga mengajarkan agar santri belajar memahami agama secara benar. Di negara Indonesia yang plural, kata Maslan, teologi dan ideologi mestinya memang berbeda ajaran.
"Justru orang yang memahami agama dengan benar akan sangat mencintai negaranya," katanya.
Pesantren mengajarkan anak sejak usia dini untuk mengenal Islam sebagai agama yang toleran dan bersahabat. Salah satu yang diajarkan adalah Tarikh Islam atau sejarah agama Islam sejak kelahiran dan perkembangan. Dalam tarikh Islam, santri akan memahami bahwa Nabi dan generasi pemimpin selanjutnya amat toleran terhadap umat lain agama.
"Ada sejarah di mana satu suku yang beragama Yahudi dilindungi di kota Madinah pada zaman nabi. Ini adalah gambaran bagaimana Islam bisa menjadi
rohmatallil’alamiin, rahmat untuk semesta, bukan hanya untuk umat Islam saja," bebernya.
Kemunculan kelompok-kelompok radikal yang mengatasnamakan Islam menurut Maslan hanya kamuflase belaka. Kelompok radikal ini hanya mengatasnamakan gerakan Islam. Padahal, sebenarnya motifnya bukan agama.
"Bisa ekonomi, bisa jadi politik kekuasaan," ujarnya.
Ia meminta agar seluruh pihak mewaspadai kemungkinan munculnya radikalisme karena pemahaman agama yang keliru. Selain pesantren, masjid dan mushola bisa menjadi pusat anti-radikalisme agama
.[wid]
BERITA TERKAIT: