Penghargaan ini melampaui kabupaten lainnya se-Indonesia. Indikator penilaian adalah pemanfaatan teknologi digital untuk kegiatan operasional bidang pendidikan, kesehatan, UKM swasta, serta masyarakat. Survei dilakukan terhadap lembaga-lembaga pendidikan, kesehatan, UKM swasta, dan masyarakat dengan melibatkan 19 ribu responden.
"Infrastruktur bagi Banyuwangi tidak hanya jalan, jembatan dan pelabuhan. Tapi juga
conectivity technology salah satunya teknologi yaitu
wifi sehingga meski Banyuwangi jauh tapi kami koneksikan ke dunia luar," ujar Bupati Banyuwangi, Abdullah Azwar Anas kepada
Rakyat Merdeka Online di Kota Casablanca, Jakarta Selatan, Kamis (8/5) malam.
1.600 titik wifi yang ada di Banyuwangi menjadi tolak penilaian panitia. Anas menyebutkan bahwa pemerintah kota Banyuwangi menitikberatkan pembangunan
wifi di rumah peribadatan. Tujuannya adalah mendekatkan anak muda ke arah perbaikan rohani yang memahami teknologi.
"Terdapat 1.280 titik yang terpasang
wifi.
In progress 1.600 titik. Terus kita pasang di ruang publik mulai dari gereja, masjid, pura dan tempat ibadah. Tujuannya agar anak-anak berkumpul dititik-titik yang dekat dengan peribadatan. Tidak hanya beribadat, tapi juga mengakses dunia langsung dari sana. Jangan hanya kumpul di mal atau cafe saja," ungkapnya.
Tak hanya itu, lanjutnya, Banyuwangi juga mengembangkan sistem
e-zakat dan
e-hospital. Dengan demikian, masyarakat dapat membayar zakatnya melalui sistem online saja. Sedangkan untuk
e-hospital mengintegrasikan 85 lembaga pelayanan kesehatan antara puskesmas, klinik dan rumah sakit.
Masyarakat dapat menggunakan layanan
one call service untuk ambulans yang mengintegrasikan 150 unit ambulans dari 45 puskesmas dan seluruh rumah sakit yang ada.
"Kami ingin teknologi ini menjadi pilar bagi pengembangan Banyuwangi ke depannya," kata Anas.
[wid]
BERITA TERKAIT: