Harus dapat dipastikan pula pihak-pihak yang ditangkap tersebut bukan hanya pelaku lapangan.
Demikian disampaikan Mantan Kepala Badan Intelijen Strategis (BAIS) TNI Laksamana TNI (Purn) Soleman B. Ponto menanggapi berita belakangan Bareskrim dan sejumlah Polda telah menangkap para bandar judi
online, Rabu (17/8).
"Yang ditangkap itu benar-benar bos atau anak buahnya. Dilihat dulu yang ditangkap ini bos-bosnya atau cuma pelaku di lapangan. Jangan-jangan ini hanya pencitraan karena kasus Sambo (Mantan Kadiv Propam Polri Irjen Ferdy Sambo)," kata Soleman.
Soleman juga mengingatkan agar Polri tidak boleh melindungi para bandar judi
online ini. Oleh karena itu, kata dia, setiap kali ada penangkapan pelaku atau bandar judi
online, maka harus segera diumumkan termasuk bos besar di balik judi
online tersebut.
"Iya, harus dibuka ke publik. Begitu ditangkap, harus dibuka ke publik, ini ditangkap, bosnya siapa, harusnya begitu," tegasnya.
Soleman tidak menampik adanya peluang para bandar judi
online masuk ke tubuh Polri untuk mengamankan bisnisnya. Pasalnya, Polri merupakan pihak yang berwenang menangani dan menangkap para bandar judi online ini.
Menurut Solemen, jika ada anggota atau pejabat Polri yang terbukti terlibat dalam jaringan mafia judi
online, maka sudah saat Kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo untuk mengambil tindakan tegas.
"Betul, semuanya (harus ditindak). Makanya polisi itu tidak boleh gunakan anggaran dari luar, dia semua anggaran yang bisa teraudit (anggaran negara)," ungkapnya.
Dia beranggapan dampak besar jika aparat hukum sudah terlibat dalam jaringan mafia termasuk mafia judi
online. Menurut dia, tidak hanya keamanan dan ketertiban yang menjadi taruhan, tetapi juga merusak sistem hukum Indonesia yang pada akhirnya menghancurkan bangsa Indonesia.
"Bukan hanya merusak pertahanan dan keamanan, itu merusak bangsa. Sistem hukum kita rusak semua, yang terjadi apa, hukum rimba," tuturnya.
Belum lagi, masih kata Soleman, dampak judi
online terhadap generasi muda. Mereka akan dininabobokan dengan judi online sehingga lupa belajar untuk mengembangkan kemampuan agar menjadi generasi unggul, berkualitas dan kompetitif.
"Iya (generasi muda juga rusak), bayangkan berapa banyak anak muda yang terlibat judi online," pungkasnya.
BERITA TERKAIT: