SUAP KETUA MK

Otak Pertemuan Hotel Sahid Ketua Golkar Palangkaraya

 LAPORAN: <a href='https://rmol.id/about/'></a>
LAPORAN:
  • Kamis, 06 Februari 2014, 20:43 WIB
Otak Pertemuan Hotel Sahid Ketua Golkar Palangkaraya
rmol news logo Terdakwa Hambit Bintih keberatan dengan kesaksian Ketua DPD Golkar Palangkaraya, Rusliansyah di sidang lanjutan perkara suap sengketa Pilkada Gunung Mas yang digelar di Pengadilan Tipikor Jakarta, Kamis (6/2). Hambit tak terima keterangan Rusli yang menyebut dirinya inisiator pertemuan dengan anggota DPR RI, Chairun Nisa di Hotel Sahid Jakarta pada 19 September 2013.

Menurut Hambit, dirinya melalui sambungan telepon memang memberitahukan tengah menginap di Hotel Sahid kepada Rusli. Tapi, dalam pembicaraan sama sekali tak tahu jika Rusli yang waktu itu mengaku akan menyusul ke Hotel Sahid tiba-tiba datang bersama Nisa, orang yang diduga berperan sebagai perantara eks Ketua MK Akil Mochtar.

"Rusli bilang, 'Saya bawa Ibu (Chairun Nisa)'. Jadi yang bawa Ibu ke Sahid itu Rusli, bukan saya minta Ibu datang. Karena saya sudah lama kenal Ibu ini, sudah berpuluh tahun. Kalau sudah sebut Ibu, ini pasti Bu Chairun Nisa," urai Hambit dalam persidangan.

Hambit bilang, dirinya, Rusli dan Nisa akhirnya bertemu di Hotel Sahid, Jakarta. Jadi tidak benar kalau Rusli mengaku tak ikut hadir dalam pertemuan yang berlangsung sekitar 20 menit tersebut. Di pertemuan itu, lanjut Hambit, dia menyampaikan permohonan ke Nisa.

"Saya bilang, 'Ibu saya ada persoalan pilkada. Saya sudah menang'. Bu Nisa bilang, 'kalau sudah menang ya tenang saja Pak Hambit, pede'. Saya bilang, 'kita berhati-hati Bu, sekarang ini persoalan Pilkada banyak masalah'," terangnya.

Di sana, Hambit cerita, bahwa Rusli juga sempat memotong pembicaraan antara dirinya dengan Nisa. Rusli mengajukan diri untuk ikut bantu mengurus masalah tersebut.

"Kata Pak Rusli, 'Begini saja Bu Nisa, saya yang urus Walikota yang kemarin'. Kata Bu Nisa, 'Nggak mau saya, kemarin antar uang Rp500 juta bawa cash lagi'," kenang Hambit.

Nisa, kata Hambit, akhirnya menghubungi Akil Mochtar yang saat itu masih menjabat sebagai Ketua MK. Tapi, setelah pertemuan selesai, kata Hambit, Rusli kembali mendekatinya. Rusli menunjukan SMS yang dikirimkan Jaya Sumaya Monong kepadanya.

"Dia bilang, 'Ini coba Pak Hambit lihat SMS Jaya Monong ini, gimana ini Pak?'.
Pikiran saya, bahaya saya ini. Kalau nggak diurus bisa masuk (sengketa)," terang dia.

Hambit pun mengaku selama ini jarang berkomunikasi dengan Rusli. Justru, Rusli yang kerap menghubunginya lebih dulu. Hambit bilang, dirinya pernah diingatkan Nisa soal perilaku Rusli yang kurang baik.

"Saya kan pernah tanya juga ke Ibu Chairun Nisa, 'bagaimana Rusli ini Bu?'. Dia bilang, 'Malas saya bawa-bawa Rusli soalnya mau motong Rp500 juta duluan'," demikian Hambit.  [dem]

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

FOLLOW US

ARTIKEL LAINNYA