Trump mengatakan dana tersebut berasal dari pendapatan tarif impor yang dipungut pemerintah.
“Yang kami lakukan adalah mengambil sebagian kecil dari dana itu, dan kami akan memberikannya kepada para petani sebagai bantuan ekonomi,” ujarnya, dikutip dari Al-Jazeera, Selasa 9 Desember 2025.
Sebagian besar dana (sekitar 11 miliar Dolar AS) akan dialirkan melalui program baru bernama Farmer Bridge Assistance, yang ditujukan untuk petani tanaman baris yang menanggung kerugian akibat perang dagang dan biaya produksi yang melonjak. Pemerintah masih menentukan alokasi untuk sisa dana sekitar 1 miliar Dolar AS.
Namun sejumlah lembaga riset menilai kondisi pertanian Amerika masih rentan. Universitas Missouri memperkirakan pendapatan bersih pertanian bisa turun lebih dari 30 miliar Dolar AS pada 2026 karena berkurangnya pembayaran pemerintah dan harga tanaman yang melemah. Asosiasi Kedelai Amerika juga memprediksi petani kedelai akan mencatat kerugian tahun ketiga berturut-turut pada 2025, tren yang sudah terjadi sebelum tarif diberlakukan.
Pemerintahan Trump mencoba menampilkan sisi optimistis dengan menyoroti kesepakatan antara Trump dan Presiden Tiongkok Xi Jinping, yang mewajibkan Beijing membeli 12 juta ton kedelai AS tahun ini serta 25 juta ton per tahun dalam tiga tahun ke depan.
Meski realisasinya masih jauh dari target, Gedung Putih mengklaim pembelian kedelai oleh Tiongkok berada “di jalur yang tepat”.
Secara keseluruhan, petani AS diperkirakan menerima hampir 40 miliar Dolar AS dalam bentuk subsidi dan bantuan pemerintah tahun ini, hasil dari kombinasi bantuan bencana dan program ekonomi.
BERITA TERKAIT: