Kesepakatan dicapai melalui proses negosiasi di COP30 yang tengah berlangsung di Belem, Brasil, dengan Turki mengusulkan kota Antalya sebagai lokasi utama penyelenggaraan.
Di bawah aturan PBB, hak menjadi tuan rumah COP31 berada pada kelompok negara Eropa Barat, Australia, dan sejumlah negara lain.
Awalnya, kedua negara bersikeras mempertahankan kandidat masing-masing hingga akhirnya Australia sepakat mendukung Turki. Sebagai imbalannya, menteri lingkungan Australia akan menjabat sebagai presiden COP31.
“Hasil ini luar biasa,” ujar Perdana Menteri Australia Anthony Albanese, seperti dimuat A
BC News, Kamis, 20 November 2025.
Rencana terbaru mencakup penyelenggaraan pertemuan pra-COP di salah satu negara Pasifik, sementara acara utama berlangsung di Antalya.
Menteri Iklim Australia Chris Bowen akan memimpin jalannya negosiasi sebagai presiden COP31.
“Proses ini berjalan dengan konsensus. Jika ada satu keberatan, COP otomatis dipindahkan ke Bonn,” jelas Bowen di Belém.
Bowen juga menegaskan bahwa kepresidenan COP tidak akan terhambat meski tidak berasal dari negara tuan rumah.
“Sebagai presiden COP, saya akan memiliki seluruh kewenangan: mengelola negosiasi, menunjuk fasilitator, menyiapkan draft teks, hingga mengeluarkan keputusan akhir,” ujarnya.
Ia memastikan Turki akan menunjuk presiden penyelenggara yang bertanggung jawab mengatur logistik dan agenda acara.
Namun keputusan itu tidak sepenuhnya disambut baik oleh negara-negara Pasifik. Menteri Luar Negeri Papua Nugini Justin Tkatchenko mengaku tidak senang dan kecewa hasilnya seperti ini.
Pemimpin Kepulauan Solomon Jeremiah Manele sebelumnya juga menyatakan bahwa ia akan kecewa bila Australia gagal menjadi tuan rumah ajang tersebut.
BERITA TERKAIT: