Sanksi itu diumumkan oleh Presiden AS Donald Trump pada Kamis, 23 Oktober 2025. Langkah ini disebut sebagai upaya menekan Kremlin agar mengakhiri perang di Ukraina, sekaligus menjadi perubahan sikap besar dari Trump yang sebelumnya berencana bertemu Putin di Budapest untuk membahas perdamaian.
Putin menegaskan bahwa Rusia tetap menjadi pemain penting dalam pasar energi dunia. Ia memperingatkan bahwa pengurangan pasokan minyak secara drastis akan memicu lonjakan harga global dan justru merugikan negara-negara Barat, termasuk Amerika Serikat.
“Ini, tentu saja, upaya untuk menekan Rusia. Namun tidak ada bangsa yang menghargai dirinya sendiri akan tunduk di bawah tekanan," kata Putin, dikutip dari
Reuters, Jumat 24 Oktober 2025.
Sanksi AS langsung berdampak pada pasar global. Perusahaan-perusahaan minyak milik negara Tiongkok dikabarkan menangguhkan pembelian minyak Rusia untuk sementara, sedangkan kilang-kilang di India -- pembeli terbesar minyak Rusia lewat jalur laut -- akan memangkas impor mereka secara tajam. Harga minyak dunia pun melonjak sekitar 5 persen setelah pengumuman tersebut.
Meski dampak ekonomi terhadap Rusia diperkirakan belum signifikan dalam waktu dekat, langkah ini menjadi sinyal kuat niat Trump untuk menekan keuangan Rusia dan memaksa Kremlin menuju kesepakatan damai atas invasi ke Ukraina yang telah berlangsung lebih dari tiga tahun.
Menanggapi klaim Putin bahwa sanksi itu tak akan berdampak besar, Trump mengatakan kepada wartawan, “Saya senang dia berpikir begitu. Baiklah. Kita lihat saja enam bulan dari sekarang.”
BERITA TERKAIT: