Pernyataan itu disampaikan saat kunjungan resmi Vance ke Israel pada Selasa, 21 Oktober 2025, dua hari setelah serangan udara Israel menewaskan 26 warga Palestina.
Kami melakukannya dengan sangat baik. Lebih baik dari yang saya harapkan. Kami berada di posisi yang sangat baik. Kami harus terus mengupayakannya," kata Vance dalam konferensi pers di Kiryat Gat, Israel selatan, dikutip dari The
Guardian, Rabu 22 Oktober 2025.
Vance dijadwalkan bertemu Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu pada Selasa malam, setelah sebelumnya bertemu utusan Gedung Putih Steve Witkoff dan Jared Kushner.
Optimisme Vance datang saat situasi di lapangan tetap rapuh. Pejabat Palestina menuduh Israel melanggar gencatan senjata sebanyak 80 kali dalam 11 hari terakhir dan menewaskan sedikitnya 80 warga sipil. Sementara Israel menuding Hamas menunda pengembalian jenazah sandera sebagai pelanggaran kesepakatan. Hamas sejauh ini baru menyerahkan 15 jenazah dan masih mencari sisanya yang diyakini tertimbun reruntuhan.
Seorang pejabat Israel mengatakan kunjungan Vance bertujuan mendorong pembicaraan menuju fase kedua rencana 20 poin yang disusun AS. Tahap itu mencakup pelucutan senjata Hamas dan pembentukan badan teknokrat untuk mengelola Gaza, dua isu yang masih menjadi perdebatan utama. “Jika Hamas tidak mematuhi kesepakatan, hal buruk akan terjadi,” ujar Vance tanpa menyebut tenggat waktu.
Negara-negara mediator seperti Mesir dan Qatar juga terus berperan penting. Di Yerusalem, Netanyahu bertemu kepala intelijen Mesir untuk membahas rencana gencatan senjata. Sementara di Doha, Emir Qatar Sheikh Tamim bin Hamad al-Thani mengecam Israel karena terus melanggar kesepakatan dan memperluas permukiman di Tepi Barat, namun menegaskan negaranya akan terus memediasi perundingan.
BERITA TERKAIT: