Dalam sebuah pernyataan, Trump mengungkapkan niatnya untuk berdiskusi dengan Presiden Rusia Vladimir Putin dan Presiden Tiongkok Xi Jinping mengenai penerapan batasan pada senjata nuklir.
"Denuklirisasi akan menjadi tujuan dalam masa jabatan kedua saya," ujar Trump saat menjawab pertanyaan wartawan di Ruang Oval, seperti dimuat
Reuters pada Jumat, 14 Februari 2025.
Trump menekankan bahwa ia telah mencapai kesepahaman dengan Putin mengenai pengurangan senjata nuklir selama masa jabatan pertamanya.
Ia juga menambahkan bahwa Tiongkok sangat terbuka terhadap gagasan tersebut, tetapi upaya itu terhenti karena pandemi Covid-19.
Trump menegaskan bahwa ia akan menghidupkan kembali isu ini dan berencana untuk mengadakan percakapan dengan Putin dan Xi sebagai langkah awal, sebelum mungkin beralih ke pertemuan trilateral.
"Tidak ada alasan bagi kita untuk menghabiskan hampir 1 triliun dolar AS untuk militer. Tidak ada alasan bagi mereka untuk menghabiskan 400 miliar dolar," kata Trump.
Trump juga menyatakan bahwa lokasi pertemuan bukanlah hal yang utama. Tapi hasil akhirnya yang penting.
Ia menyoroti bahwa dunia telah memiliki cukup banyak senjata nuklir yang mampu menghancurkan bumi berkali-kali lipat.
"China berusaha mengejar karena mereka sangat tertinggal, tetapi dalam lima atau enam tahun, mereka akan menyamakan kedudukan," tambah Trump.
Pernyataan ini muncul di tengah kekhawatiran mengenai prospek perpanjangan Perjanjian Pengurangan Senjata Strategis Baru (New START), yang merupakan pilar terakhir dalam pengendalian senjata nuklir antara AS dan Rusia.
START dijadwalkan berakhir pada 5 Februari 2026, dan menurut Rusia, negosiasi mengenai perpanjangannya mengalami jalan buntu.
Sebelumnya, pemerintahan Joe Biden telah berusaha mendorong Tiongkok untuk terlibat dalam perundingan senjata nuklir, sayangnya tidak mendapatkan hasil yang signifikan.
BERITA TERKAIT: