Menurut laporan
AFP, Lai tiba di Guam pada Rabu malam, 4 Desember 2024 setelah mengunjungi negara-negara kepulauan Pasifik, Tuvalu, dan Kepulauan Marshall, setelah singgah di negara bagian Hawaii, AS.
Ia disambut oleh Gubernur Guam Lou Leon Guerrero, Ingrid Larson dari kantor kedutaan de facto AS di Taiwan di Washington, dan beberapa orang lainnya di landasan pacu pesawat.
Pada pertemuan sambil minum teh pagi di kediaman resmi Guerrero pada Kamis, 5 Desember 2024, Presiden Lai menyinggung soal tindakan Tiongkok dan mendesak pemerintah bersatu dan bekerja sama untuk menjaga demokrasi, perdamaian, dan kemakmuran di kawasan Indo-Pasifik.
Dalam sambutannya, Guerrero mengatakan kemitraan antara Guam dan Taiwan lebih penting dari sebelumnya dalam menghadapi ekonomi global yang dinamis.
"Investasi Taiwan telah memberikan kontribusi yang signifikan terhadap pertumbuhan Guam, menciptakan peluang bagi rakyat kami, sekaligus mendorong kemakmuran bersama," kata Guerrero.
Lai juga berpidato di hadapan parlemen Guam dan pada Kamis malam, 5 Desember 2024.
Dia dijadwalkan melanjutkan perjalanan ke Palau, sebagai tempat persinggahan terakhir untuk tur Pasifiknya.
Palau, Tuvalu, dan Kepulauan Marshall termasuk di antara 12 negara yang masih mengakui Taiwan secara diplomatis, termasuk Vatikan, setelah Tiongkok meyakinkan negara lain untuk meninggalkan Taipei demi Beijing.
Kunjungan Lai ke Pasifik menuai kritik pedas dari Tiongkok, yang pada Selasa, 3 Desember 2024 berjanji untuk mempertahankan kedaulatan nasional dan integritas teritorialnya.
"Masalah Taiwan adalah inti dari kepentingan inti Tiongkok," tegas juru bicara kementerian luar negeri Lin Jian ketika ditanya apakah Beijing dapat meluncurkan putaran latihan militer lainnya di sekitar pulau yang diperintah sendiri itu sebagai tanggapan atas perjalanan Presiden Taiwan.
BERITA TERKAIT: