Dalam unggahan di X, Facebook, Instagram, Telegram, LinkedIn, dan Dark Web, CIA melampirkan instruksi dalam bahasa Mandarin, Persia, dan Korea bagi para pelamar yang tertarik bergabung.
"Upaya kami di bidang ini telah berhasil di Rusia, dan kami ingin memastikan individu di rezim otoriter lain tahu bahwa kami terbuka untuk bisnis," kata juru bicara CAI dalam sebuah pernyataan, seperti dimuat
Reuters pada Kamis (3/10).
Sebuah video berbahasa Mandarin yang diunggah ke YouTube, hanya menampilkan instruksi tertulis menyarankan individu untuk menghubungi CIA melalui situs web resminya menggunakan Jaringan Pribadi Virtual (VPN) terenkripsi tepercaya atau jaringan TOR.
"Keselamatan dan kesejahteraan Anda adalah pertimbangan utama kami," bunyi audio dalam video tersebut.
Juru bicara Kedutaan Besar Tiongkok di Washington, Liu Pengyu menuduh AS melancarkan kampanye disinformasi yang terorganisasi dan sistematis terhadap Beijing.
"Setiap upaya untuk menciptakan perpecahan antara rakyat Tiongkok dan PKT (Partai Komunis Tiongkok) atau untuk melemahkan ikatan erat mereka pasti akan gagal," tegasnya.
Kedutaan Besar Rusia dan misi PBB Iran belum memberikan komentar.
Hasrat CIA akan intelijen telah tumbuh seiring Tiongkok memperluas kerja sama dengan Rusia dan Iran serta memamerkan kekuatan militer regionalnya.
Rusia, Tiongkok, Iran, dan Korea Utara dikenal dalam komunitas intelijen AS sebagai "target keras" atau negara-negara yang pemerintahannya sulit ditembus.
AS juga bergulat dengan konflik Iran dengan Israel, program nuklirnya, hubungannya yang semakin erat dengan Rusia, dan dukungannya terhadap proksi militan.
Program senjata nuklir Korea Utara adalah target intelijen AS lainnya. Pyongyang diduga mengirim senjata ke Moskow untuk perang melawan Ukraina, sebuah tuduhan yang dibantah kedua negara tersebut.
CIA mulai merekrut warga Rusia pada tahun 2022 dengan memposting teks berbahasa Rusia di akun media sosialnya tentang cara menghubungi badan tersebut secara aman, diikuti dengan video pada tahun 2023.
BERITA TERKAIT: