Dalam sebuah pernyataan pada Selasa (2/7), Jihad Islam mengatakan pihaknya telah menyerang tank-tank Israel di dekat pagar Gaza untuk membalas tindakan kejam mereka terhadap rakyat Palestina.
"Ini merupakan respon balasan atas kejahatan musuh Zionis terhadap rakyat Palestina," tegasnya, seperti dimuat
Reuters.
Sementara itu, dari puluhan roket yang ditembakkan Jihad Islam, militer Israel tidak melaporkan adanya korban jiwa.
"Tembakan sekitar 20 roket tidak menimbulkan korban jiwa," ungkap militer Israel.
Kendati demikian, serangan itu menunjukkan bahwa para pejuang Palestina masih memiliki senjata roket setelah sembilan bulan berperang dengan Israel.
Dalam lima hari terakhir, tank-tank Israel memperdalam serangan ke pinggiran Shejaia di timur Kota Gaza. Tank-tank tersebut maju lebih jauh di Rafah barat dan tengah, di Gaza selatan dekat perbatasan dengan Mesir.
Militer Israel mengatakan telah membunuh sejumlah militan dalam pertempuran di Shejaia pada hari Senin (1/7) dan menemukan sejumlah besar senjata di sana.
Hamas mengatakan para pejuangnya berhasil menjebak pasukan Israel ke sebuah bangunan di timur Rafah dan meledakkannya, hingga menimbulkan korban jiwa.
Tak lama kemudian, militer Israel mengumumkan kematian seorang tentara di Rafah, kemungkinan merujuk pada insiden yang dilaporkan oleh Jihad Islam.
Juga di Rafah, militer Israel mengatakan bahwa serangan udara menewaskan seorang militan yang berusaha menembakkan rudal anti-tank ke arah pasukannya.
Israel telah memberi isyarat bahwa operasinya di Rafah, yang dimaksudkan untuk membasmi Hamas, akan segera selesai.
Setelah fase perang yang intens berakhir, pasukannya akan fokus pada operasi skala kecil yang dimaksudkan untuk menghentikan pembentukan kembali kekuasaan Hamas.
Perang dimulai ketika pejuang pimpinan Hamas menyerbu Israel selatan pada tanggal 7 Oktober, menewaskan 1.200 orang dan menyandera sekitar 250, termasuk warga sipil dan tentara.
Serangan yang dilancarkan Israel sebagai pembalasan telah menewaskan hampir 38.000 orang dan telah menyebabkan wilayah pesisir yang padat penduduk itu menjadi reruntuhan.
Kementerian Kesehatan Gaza tidak membedakan antara kombatan dan non-kombatan, namun para pejabat mengatakan sebagian besar korban tewas adalah warga sipil.
BERITA TERKAIT: