Dimensy.id Mobile
Dimensy.id
Apollo Solar Panel

Ekonomi Pakistan Semakin Buruk

 LAPORAN: <a href='https://rmol.id/about/jonris-purba-1'>JONRIS PURBA</a>
LAPORAN: JONRIS PURBA
  • Rabu, 01 Mei 2024, 03:37 WIB
Ekonomi Pakistan Semakin Buruk
Seorang pemilik toko kecil dari Karachi, Abdul Hameed, menggambarkan kenaikan tarif akibat inflasi meroket di Pakistan./ANI
rmol news logo Perekonomian Republik Islam Pakistan secara umum semakin memburuk. Mendapatkan fasilitas dasar menjadi semakin sulit karena inflasi yang meroket. Masyarakat di Karachi, Pakistan, tidak mampu membeli barang-barang penting untuk mendapatkan makanan yang layak bagi keluarga mereka.

Seorang pemilik toko kecil dari Karachi, Abdul Hameed, menggambarkan kenaikan tarif fasilitas dan mengatakan bahwa pemerintah mengabaikan kebutuhan masyarakat umum.

“Masyarakat hampir tidak bisa bertahan dan pihak berwenang sama sekali tidak khawatir. Kami tidak mampu membeli fasilitas dasar untuk keluarga kami dan para pemimpin negara kami menikmatinya namun masih belum puas. Semua kebutuhan dasar seperti listrik, air, dan gas mahal. Kita memilih orang yang salah, dan mereka menikmatinya tanpa memperhatikan kebutuhan kita,” ujarnya.

“Satu roti ‘Roti’ yang ada di pasaran saat ini harganya lebih dari PKR 25 dan orang miskin tidak mampu membelinya untuk keluarganya. Untuk bertahan hidup, kami siap mengeluarkan lebih banyak uang, namun pemerintah setidaknya harus memikirkan orang-orang seperti kami yang tidak mampu membeli fasilitas dasar untuk keluarga kami,” tambahnya.

Abdul Jabbar, seorang guru sekolah dasar dari Karachi menyatakan bahwa kebutuhan dasar berada di luar jangkauan masyarakat.

“Ambil contoh gas, mereka terus membodohi kita bahwa pemerintah sedang menyediakan Gas Bumi (LPG). Saya seorang guru dan mengajari murid-murid saya bahwa negara kita memiliki sumber daya alam yang melimpah, saya sendiri tidak tahu apakah itu benar atau tidak, karena jika kita memiliki sumber daya yang melimpah, harga gas tidak akan terlalu mahal,” ujarnya.

“Semua sumber daya di Pakistan dialihkan untuk menjadikan orang kaya semakin kaya, dan kami, rakyat jelata di negara ini, berjuang setiap hari. Selain itu, kita membayar tagihan listrik yang besar setiap bulannya, dan pada gilirannya biayanya menjadi lebih mahal. Masalahnya tetap sama untuk waktu yang lama dan kami telah berjuang, kami menghadapi pelepasan beban sekitar 16 jam sehari di kota besar,” tambahnya.

Dia juga menyampaikan keanehan di tengah musim panen gandum tahun ini.

“Saat ini sedang musim panen gandum, oleh karena itu harga tepung terigu di negara kami harusnya turun. Namun bantuan yang kami terima hanya sedikit,” kata dia.

Harga tepung yang tadinya sebesar PKR 230 kini menjadi PKR 800. Pemerintah pun hanya memberikan keringanan sebesar PKR 50.

“Bagaimana seseorang yang penghasilannya hanya PKR 500 sehari bisa mencukupi kebutuhan pangan keluarganya? Pakistan sebenarnya memiliki semua sumber daya yang diperlukan untuk rakyat jelata, namun sumber daya tersebut hanya digunakan oleh kelas atas saja dan tidak ada yang menjangkau masyarakat umum,” demikian dikatakan Jabbar seperti dikutip dari ANI. rmol news logo article
EDITOR: JONRIS PURBA

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

ARTIKEL LAINNYA