Kabar itu diungkap oleh Direktur Badan Energi Atom Internasional (IAEA), Rafael Grossi selama rapat dengan Dewan Keamanan PBB pada Senin (15/4).
Grossi memperingatkan ancaman kecelakaan nuklir di wilayah konflik semakin nyata dan kejadian terbaru merupakan preseden yang sangat berbahaya karena struktur penahanan reaktor terkena serangan.
“Meskipun, untungnya, hal tersebut tidak menyebabkan insiden radiologi. Tetapi secara signifikan meningkatkan risiko di pembangkit listrik tenaga nuklir Zaporizhzhia, di mana keselamatan nuklir sudah terancam,” kata Grossi, seperti dimuat AFP.
Untuk itu dia mendesak agar aktivitas militer di dekat PLTN Zaporizhzhia segera dihentikan. Pasalnya, meski reaktor nuklir dimatikan, risiko ledakan masih tetap besar.
"Kita semakin dekat dengan kecelakaan nuklir. Kita tidak boleh membiarkan rasa berpuas diri dan membiarkan peran dadu menentukan apa yang terjadi besok,” tegasnya.
Fasilitas tenaga nuklir terbesar di Eropa, Zaporizhzhia telah diduduki oleh pasukan Rusia tak lama setelah invasi mereka dimulai pada Februari 2022.
Tempat ini telah ditutup sejak eskalasi militer di sekitarnya semakin meningkat.
Pembangkit nuklir tersebut telah mengalami serangkaian serangan drone sejak 7 April, dan Ukraina dan Rusia masing-masing saling menyalahkan.
BERITA TERKAIT: