Hal tersebut disampaikan CEO raksasa minyak Arab Saudi, Saudi Aramco, Amin Nasser, baru-baru ini. Menurutnya, permintaan volume fosil yang diperkirakan malah akan meningkat pada beberapa tahun mendatang.
"Strategi transisi energi yang dijalankan saat ini tampak gagal di sebagian besar bidang, karena bertabrakan dengan lima kenyataan yang sulit," katanya, dikutip Rabu (20/3).
Ia pun mengimbau kepada para pembuat kebijakan untuk menyusun kembali strategi transisi energi dengan lebih realistis.
Menurutnya, dunia justru perlu untuk berinvestasi pada sektor hulu migas dengan memperhatikan permintaan pasokan.
Menurut Nasser, sumber energi alternatif tidak akan mampu menggantikan hidrokarbon dalam skala besar, sekalipun dunia telah berinvestasi lebih dari 9,5 triliun dolar selama dua dekade terakhir.
Pembangkit listrik yang berasal dari angin dan surya saat ini disebut hanya memasok kurang dari 4 persen energi dunia, sementara total penetrasi kendaraan listrik juga kurang dari 3 persen.
"Ini bukanlah gambaran masa depan yang telah dilukiskan oleh beberapa pihak. Bahkan mereka mulai menyadari pentingnya keamanan pasokan minyak dan gas," ujarnya.
Selain itu, negara-negara berkembang di wilayah selatan juga diperkirakan akan mendorong permintaan minyak dan gas seiring dengan tumbuhnya perekonomian di negara-negara tersebut, yang mewakili lebih dari 85 persen populasi dunia.
Di sisi lain, negara-negara ini juga hanya menerima kurang dari 5 persen dari target investasi energi terbarukan.
BERITA TERKAIT: