Mengutip
AFP pada Jumat (19/1), pesawat ruang angkasa itu membawa pendarat Peregrine milik Astrobotic yang diluncurkan pada 8 Januari di bawah kemitraan baru antara NASA dan industri swasta.
Melalui postingan di platform X, Astrobotic mengatakan bahwa pesawat itu meledak tak lama setelah terpisah dari roketnya dan menyebabkan kebocoran bahan bakar sehingga tidak bisa melanjutkan perjalanan ke Bulan.
Sejak ledakan terdeteksi, Astrobotic tidak bisa mengontak pesawat tersebut sejak Kamis (18/1), pukul 21.00 waktu setempat.
"Pesawat masuk kembali ke atmosfer bumi secara terkendali menuju perairan terbuka di Pasifik Selatan, seperti yang telah diprediksi," ungkap Astrobotic.
Informasi terbaru menyebut koordinat jatuhnya pesawat terdeteksi beberapa ratus mil di Selatan Fiji, meskipun dengan margin error yang besar.
Hingga kini Astrobotic tengah menunggu konfirmasi independen mengenai nasib Peregrine dari otoritas pemerintah terkait.
NASA telah membayar perusahaan tersebut lebih dari 100 juta dolar di bawah program Commercial Lunar Payload Services (CLPS) untuk mengirimkan instrumen sainsnya ke Bulan.
Misi pendaratan ke bulan merupakan bagian dari persiapan untuk mengirim kembali astronot Amerika ke Bulan pada akhir dekade ini di bawah program Artemis.
BERITA TERKAIT: