Anggota komisi investigasi, Buddhi Sagar Lamichhane, mengatakan penyelidikan menyimpulkan bahwa pilot salah menarik tuas di kokpit atau flight deck.
“Secara teknis, pesawat baik-baik saja. Namun, sepertinya kesalahan manusia yang menyebabkan pesawat terhenti dan jatuh,” ujarnya, seperti dikutip The Peninsula Qatar, Jumat (29/12).
Hasil penyelidikan yang dilakukan selama berbulan-bulan terhadap jatuhnya pesawat Yeti Airlines yang membawa 72 penumpang, termasuk empat awak, telah diserahkan kepada Kementerian Pariwisata pada Kamis (28/12).
Dalam rekaman media sosial yang beredar pesawat itu jatuh ke jurang, dengan baling-baling pesawat terlihat tiba-tiba berbelok tajam ke kiri ketika akan mendekati bandara Pokhara.
“Masalah faktor manusia seperti beban kerja yang tinggi dan stres yang tampaknya mengakibatkan kesalahan identifikasi dan pemilihan baling-baling,” kata laporan itu.
Selain itu, awak pesawat juga disebut tidak melihat dek penerbangan dan indikasi mesin yang menunjukkan kedua baling-baling telah diberi bulu, atau menonaktifkan baling-baling.
Akibat masalah tersebut, pesawat yang diidentifikasi ATR 72 jatuh ke jurang yang terjal, hancur berkeping-keping, dan terbakar. Sehingga disebut sebagai salah satu kecelakaan penerbangan paling mematikan di dunia yang terjadi pada 1992 lalu.
BERITA TERKAIT: