Sebagai relawan yang telah lama mengabdi di wilayah Gaza, Palestina, Sarbini yakin bahwa kabar tersebut tidaklah benar. Sebab, sejak dahulu militer Israel tidak pernah berani melancarkan serangan secara langsung.
"Itu hoaks. Israel dari dulu enggak berani. Serangan
head-to-head itu Israel enggak berani," ungkapnya kepada Kantor Berita Politik RMOL pada Kamis (12/10).
Menurut Sarbini, serangan darat terlalu berisiko karena kemampuan tentara dan medan kota yang justru akan merugikan Israel.
"Mereka enggak berani perang darat karena banyak risiko. Sekarang aja Ashkelon dan Sderot belum direbut oleh Israel," tegasnya.
Oleh sebab itu, kata Sarbini, Israel lebih sering menggunakan taktik bumi hangus, dengan meluncurkan serangan udara ke wilayah Palestina tanpa pandang bulu.
"Israel itu kan beraninya menghancurkan, membumihanguskan lewat serangan udara," jelasnya.
Pada Selasa malam (10/10), militer Israel Menteri Pertahanan Israel Yoav Gallant mengklaim puluhan jet tempur mereka berhasil menyerang lebih dari 200 target milik Hamas di Gaza.
Selain serangan udara, kata Gallant, Israel juga berencana melancarkan serangan Darat ke wilayah Gaza.
"Kami memulai serangan dari udara, nanti kami juga akan datang dari darat. Kami sudah menguasai daerah itu sejak hari kedua dan kami melakukan serangan. Ini hanya akan semakin intensif," kata Gallant.
Israel mengaku memanggil sekitar 300 ribu tentara cadangan dan memperingatkan penduduk Jalur Gaza untuk keluar dari wilayah itu.
Langkah-langkah itu dinilai sebagai tanda bahwa serangan darat Israel kemungkinan besar terjadi.
BERITA TERKAIT: