Insiden itu diketahui setelah bau busuk yang tidak tertahankan menguar dari bangunan rumah duka yang telah terbengkalai selama beberapa hari. Pihak berwenang menemukan sekitar 115 mayat di rumah itu.
Pada Jumat (6/10), para penyelidik masih merahasiakan detail lengkap mengenai temuan mereka di dalam rumah duka tersebut. Namun, rencana mereka untuk melibatkan tim ahli yang biasanya menangani kecelakaan pesawat, petugas koroner dari wilayah terdekat, dan bahkan FBI, mengisyaratkan bahwa situasi tersebut sangat serius.
Mengenai temuan ini, dokumen negara mengungkapkan bahwa pemilik rumah duka, Jon Hallford, telah mencoba menyembunyikan penyimpanan jenazah yang tidak tepat. Dia mengklaim bahwa fasilitas tersebut digunakan untuk keperluan taksidermi, atau pengawetan dan pengolahan jasad, yang biasa digunakan untuk hewan.
Namun, dokumen tersebut tidak memberikan rincian lebih lanjut mengenai aktivitas taksidermi atau dugaan penyimpanan jenazah yang tidak layak. Pendaftaran fasilitas ini juga diketahui telah kedaluwarsa sejak November lalu.
Saat ini, belum ada informasi mengenai penangkapan atau dakwaan dalam kasus tersebut di tengah penyelidikan yang masih terus berlanjut yang melibatkan kerja sama dari para pejabat rumah duka untuk menentukan apakah ada pelanggaran hukum yang terjadi di rumah tersebut.
Identifikasi jenazah memerlukan banyak tindakan, seperti pengambilan sidik jari, pencocokan data dengan catatan medis atau dokumen gigi, serta pemeriksaan DNA. Proses ini kemungkinan akan memakan waktu hingga beberapa bulan mendatang.
Mengutip
Globe and Mail, Sabtu (7/10), saat berita tragis ini mencuat, banyak keluarga, seperti Mary Simons yang mulai merasa cemas apakah anggota keluarga mereka mungkin termasuk di antara yang ditemukan di dalam bangunan tersebut.
Sebagai warga yang tinggal di Colorado, Mary Simons menyewa Rumah Duka Return to Nature untuk mengkremasi suaminya, Darrell Simons, yang meninggal karena pneumonia pada Agustus. Namun, abu suaminya sampai saat ini diketahui tidak pernah tiba.
“Sepertinya proses berduka dimulai dari awal lagi,” kata Mary, saat menanggapi penemuan mengejutkan tersebut.
Mayat-mayat itu berada di dalam bangunan seluas 2.500 kaki persegi (230 meter persegi) dengan tampilan dan dimensi standar rumah satu lantai. Pemakamannya dikabarkan dilakukan tanpa pembalseman bahan kimia atau peti mati logam, mereka hanya menggunakan peti mati yang dapat terbiodegradasi, kain kafan, atau tidak sama sekali.
Awalnya, para penduduk setempat mengatakan bahwa mereka telah mencium bau busuk selama beberapa minggu terakhir dan pada awalnya menganggap itu berasal dari hewan mati.
BERITA TERKAIT: