Pengumuman tersebut muncul setelah Menteri Urusan Sosial dan Moral Taliban di Afganistan, Mohammad Khalid Hanafi melakukan kunjungan ke Band-e-Amir, sebuah taman populer di pusat Provinsi Bamiyan, baru-baru ini.
Dalam penjelasannya, larangan ini didasarkan pada tuduhan bahwa perempuan tidak mengenakan jilbab dengan benar saat mengunjungi taman nasional, yang menurut Hanafi tidak sesuai dengan nilai-nilai dan etika yang dijunjung tinggi oleh pemerintahan baru.
“Berjalan-jalan bukanlah suatu keharusan bagi perempuan,” kata Hanafi, seraya mengatakan pasukan keamanan akan digunakan untuk mencegah perempuan memasuki taman.
Mengutip
VOA News, Senin (28/8), Band-e-Amir telah menjadi tujuan wisata populer di Afganistan. Namun, larangan terbaru ini telah mengundang kecaman dari berbagai pihak, terutama dari kelompok hak asasi perempuan.
Direktur hak-hak perempuan di Human Rights Watch, Heather Barr, menggambarkan kebijakan tersebut sebagai langkah yang semakin membatasi kebebasan perempuan.
"Selangkah demi selangkah, tembik tersebut semakin tertutup bagi perempuan. Taliban tidak hanya merampas hak-hak pendidikan dan pekerjaan perempuan, tetapi juga ingin mengendalikan akses mereka ke tempat-tempat rekreasi dan alam," tegas Barr dalam pernyataannya.
Langkah ini juga telah menambah daftar pembatasan yang telah diberlakukan oleh pemerintahan Taliban terhadap perempuan di Afghanistan. Sebelumnya, Taliban telah melarang anak perempuan untuk melanjutkan pendidikan dan melarang perempuan bekerja di organisasi non-pemerintah lokal maupun internasional.
BERITA TERKAIT: