Sebelum meninggal, Yoon Ki-jung, seorang profesor kehormatan di Universitas Yonsei, sempat dirawat di Rumah Sakit Universitas Nasional Seoul di Seoul.
Yoon bergegas ke rumah sakit setelah menghadiri upacara Hari Pembebasan pada hari sebelumnya, dan bisa berada di sisi ayahnya pada saat-saat terakhirnya.
"Agar tidak meninggalkan kevakuman dalam urusan negara, Presiden Yoon memutuskan hanya mengadakan pemakaman keluarga," kata juru bicara kepresidenan Kim Eun-hye, seperti dikutip dari
Yonhap.Itu berarti tidak ada kunjungan belasungkawa dan mengingatkan agar tidak ada kiriman bunga, tambahnya.
Pejabat terkait mengatakan pemakaman tiga hari akan diadakan di Rumah Sakit Severance Seoul.
Sejumlah tokoh Korea Selatan ikut menyatakan belasungkawa atas kepergian Yoon Ki-jung.
Perdana Menteri Han Duk-soo dalam pernyataannya mengatakan sebenarnya ia ingin melakukan kunjungan belasungkawa. Mantan Presiden Moon Jae-in juga mengirim bunga dan menyatakan belasungkawa melalui panggilan telepon dengan kepala staf Yoon, Kim Dae-ki.
Sementara itu, Yoon diperkirakan masih akan mengadakan KTT trilateral dengan rekan-rekannya dari Amerika Serikat dan Jepang di tempat peristirahatan presiden AS, Camp David, dekat Washington, pada Jumat (18/8) sesuai jadwal.
Namun, waktu keberangkatan Yoon mungkin dapat berubah berdasarkan proses pemakaman.
Almarhum Yoon, lulusan ekonomi Universitas Yonsei, mendedikasikan karirnya untuk mengajar statistik terapan dari tahun 1973 hingga 1997. Ia terkenal sebagai ahli dalam mempelajari ketimpangan ekonomi dengan menggunakan metode statistik.
Presiden mengatakan dalam sebuah wawancara media selama kampanye pemilihan bahwa ayahnya adalah mentor nomor satu untuknya.
Atas rekomendasi ayahnya, Yoon memutuskan untuk mengambil jurusan hukum di Seoul National University. Yoon juga memilih "Free to Choose" karya Milton Friedman sebagai buku yang paling berpengaruh padanya, dan buku itu adalah hadiah yang diberikan oleh ayahnya ketika dia masuk universitas.
BERITA TERKAIT: