Belakangan kebijakan reformasi yudisial yang dicanangkan Netanyahu nyatanya mendapat penolakan keras dari warga Israel.
Hampir setiap akhir pekan, puluhan ribu warga menggelar protes di jalan-jalan Tel Aviv untuk menyuarakan penolakan mereka.
Mengutip
Mehr News Agency pada Minggu (25/6), sekitar 95 ribu warga Israel berbaris menuju Ayalon untuk melanjutkan protes yang sudah mereka lakukan selama 25 minggu berturut-turut.
Menurut media lokal, massa yang banyak tersebut dilaporkan telah memblokir arus lalu lintas Tel Aviv, namun berhasil dibubarkan oleh polisi Israel yang menunggang kuda.
Di sepanjang jalan, nampak demonstran membawa spanduk bertuliskan "Israel terbakar" dan "padamkan api" yang merujuk pada perombakan yudisial dari kabinet Netanyahu.
"Hari ini, kami di sini untuk memberi tahu, bahwa meskipun besok mereka melanjutkan undang-undang dengan reformasi peradilan, kami tidak akan pernah berhenti," kata salah seorang pengunjuk rasa.
Pengunjuk rasa menilai kebijakan Netanyahu hanya akan merampas kemampuan Mahkamah Agung dalam membatalkan keputusan yang dibuat oleh kabinet rezim atau Knesset.
"Ini akan memberikan lebih banyak kekuatan pada Netanyahu dalam proses pemilihan hakim pengadilan," kata salah seorang demonstran.
Kabinet Netanyahu mengklaim reformasi Yudisial itu diperlukan untuk mencapai keseimbangan kekuasaan dalam pemerintahan Israel.
Karena terus didemo, Netanyahu akhirnya menunda proses pengesahan reformasi tersebut sejak akhir Maret lalu untuk proses negosiasi.
Tetapi dalam rapat kabinet pekan ini, Netanyahu mengumumkan rencananya untuk kembali memproses reformasi yang tentunya mengundang lebih banyak kemarahan warga.
BERITA TERKAIT: