Mengutip
The Jerusalem Post pada Selasa (20/6), Abramovich tahun lalu menjual klub sepak bolanya ke konsorsium yang dipimpin pengusaha Amerika Serikat, Todd Boehly, dalam kesepakatan yang diperkirakan bernilai 5,4 miliar dolar AS atau Rp 81 triliun.
Dari jumlah tersebut, Abramovich berjanji memberikan 3 miliar dolar AS atau Rp 45 triliun untuk korban perang di kedua sisi dalam konflik militer Rusia-Ukraina.
Tetapi, hingga kini, ternyata Abramovich belum kunjung menandatangani transfer dana kemanusiaan Rusia dan Ukraina karena pemerintah Inggris membekukan asetnya.
"Dana bantuan tetap dibekukan di rekening bank Inggris yang dioperasikan oleh Fordstram karena menunggu persetujuan Kantor Luar Negeri Inggris untuk dikirim ke luar negeri," ungkap laporan tersebut.
Terdapat perbedaan pendapat antara Abramovich dan pemerintah Inggris tentang penggunaan dana bantuan tersebut.
Abramovich ingin agar uangnya sebagian besar dialokasikan untuk orang Rusia yang terpengaruh oleh konflik.
Sementara Inggris dan Komisi Eropa menolak untuk menyetujui permintaan tersebut karena adanya sanksi ekonomi sehingga uang tidak bisa dikirim ke Moskow.
Mereka juga ingin agar uang dialokasikan sepenuhnya untuk korban perang di Ukraina.
Pembekuan aset oleh pemerintah Inggris diberlakukan karena Abramovich diduga memiliki hubungan erat dengan Kremlin.
Tidak hanya Abramovich, enam pengusaha Rusia lainnya juga mendapat sanksi dari Inggris sejak invasi meletus di Ukraina Februari tahun lalu.
BERITA TERKAIT: