Kementerian Luar Negeri Senegal dalam sebuah pernyataan pada Selasa (6/6) menyebut penutupan kantor diplomatik dilakukan guna mencegah kerusakan lebih lanjut oleh para penyerang.
"Tindakan pencegahan ini diambil menyusul serangkaian serangan yang menyebabkan kerusakan serius," bunyi laporan tersebut, seperti dimuat
The Star.
Penutupan diumumkan menyusul kerusuhan mematikan di Senegal sepanjang akhir pekan lalu. Sedikitnya 16 orang tewas dan ratusan lainnya luka-luka ketika pengunjuk rasa bentrok dengan pasukan keamanan.
Kerusuhan dipicu oleh protes atas vonis hukuman dua tahun yang dijatuhkan pada tokoh oposisi terkemuka, Ousmane Sonko. Diduga hukuman itu sengaja diberikan agar oposisi Sonko tidak bisa mencalonkan diri sebagai presiden dalam pemilihan tahun depan.
Di persidangan pekan lalu, Hakim membebaskan Sonko dari tuduhan pemerkosaan, tetapi memutuskan dia bersalah karena membujuk perempuan muda berbuat asusila.
Ternyata kerusuhan tidak hanya di dalam negeri, tetapi juga dilaporkan terjadi di luar negeri.
Pada Senin (5/6), Konsulat Jenderal Senegal di Milan mendapat serangan dari 40 pendukung Sonko yang berkumpul di luar gedung dengan bendera dan spanduk anti-pemerintah.
Mereka menerobos masuk dan menggeledah tempat itu, menyerang konsul jenderal dan menyalakan api sebelum polisi turun tangan.
Menurut pernyataan Kemlu, mesin pembuat paspor dan kartu identitas telah dihancurkan. Sehingga kantor harus ditutup dan baru bisa dilanjutkan setelah keamanan pulih.
Sementara itu video viral akhir pekan lalu memperlihatkan sekelompok kecil pengunjuk rasa di Paris melemparkan tepung ke mobil kedutaan Senegal dan penumpangnya.
Hingga kini Kemlu Senegal masih belum mengkonfirmasi hubungan antara kasus Sonko dan kekerasan di Senegal dengan keputusan mereka menutup misi diplomatik di luar negeri.
BERITA TERKAIT: