Deklarasi itu disetujui oleh Komite Hubungan Luar Negeri Peru dengan 65 suara setuju, 40 menentang, dan dua memilih abstain.
Menurut komentar anggota parlemen konservatif Maria del Carmen Alva, pernyataan Lopez Obrador merupakan pelanggaran prinsip non-campur tangan dalam urusan internal negara lain.
"Rakyat Peru tidak menerima tindakan campur tangan dalam kedaulatan kami," kata Alva.
Berdasarkan laporan yang dimuat
Yeni Safak, Jumat (26/5), pemimpin Meksiko itu kerap menyatakan dukungannya kepada Presiden Pedro Castillo yang digulingkan dan digantikan oleh Wakil Presiden Dina Boluarte sebagai pemimpin baru Peru.
Setelah rekannya digulingkan, Lopez Obrador sering mengkritik Boluarte sebagai perampas kekuasaan, dan pemimpin yang tidak sah.
Komentar itu telah membuat pemerintah Peru marah dan segera menggelar pemungutan suara untuk menyatakan Lopez Obrador sebagai orang yang tidak diinginkan kedua setelah Presiden Kolombia Gustavo Petro, yang dilarang menginjakkan kakinya di tanah Peru.
Menanggapi langkah Peru itu, Lopez Obrador dalam konferensi persnya menyatakan bahwa ia bersyukur atas keputusan pemerintah Boluarte terhadapnya.
"Terima kasih banyak telah menyatakan saya persona non grata, karena saya akan merasa tidak enak jika para legislator dan wanita yang memegang kekuasaan memberi saya penghargaan atau bertepuk tangan kepada saya. Mungkin itu akan membuat saya malu, dan merasa sangat buruk," sindirnya.
BERITA TERKAIT: