Hal itu sempat disampaikan Perdana Menteri Inggris Rishi Sunak setelah pertemuan para pemimpin negara-negara G7 di Hiroshima, Jepang akhir pekan lalu.
"China adalah tantangan terbesar bagi keamanan dan kemakmuran dunia saat ini. Mereka semakin otoriter di dalam negeri dan semakin aktif di luar negeri," kata Sunak, seperti dikutip dari
Reuters, Kamis (25/5).
Bertujuan mengurangi risiko terkait ancaman China, Sunak menunjukkan bahwa Inggris dan negara-negara G7 lainnya akan mengadopsi pendekatan bersama.
"Ini tentang menghilangkan risiko, bukan tentang menghilangkan hubungan," jelasnya.
"Bersama dengan negara-negara G7 lainnya, kami mengambil langkah-langkah untuk mencegah China menggunakan paksaan ekonomi untuk mencampuri urusan kedaulatan negara lain," tambah Sunak.
Sementara itu, para pemimpin G7 mengeluarkan pernyataan keras untuk Beijing, dan setuju untuk mendiversifikasi sumber mineral kritis serta menciptakan platform koordinasi baru untuk melawan paksaan ekonomi.
Mereka juga mengutuk upaya untuk mengubah status quo di Laut China Selatan.
Kementerian Luar Negeri China menanggapi kritis pernyataan bersama itu, menuduh negara-negara G7 mencampuri urusan dalam negeri China.
Kedutaan Besar China di Inggris Raya juga telah meminta London untuk berhenti menyebar fitnah agar tidak semakin merusak hubungan bilateral kedua negara.
"Pernyataan yang relevan dari pihak Inggris hanya meniru kata-kata orang lain dan merupakan fitnah jahat yang mengabaikan fakta. China sangat menentang ini dan sangat mengutuknya," kata pernyataan kedutaan.
BERITA TERKAIT: