Berdasarkan laporan yang dimuat
Al Jazeera, Selasa (23/5), keputusan itu telah ditandatangani oleh Kementerian Pertanian Brasil.
"Pihak kami telah membentuk pusat operasi darurat untuk mengoordinasikan, merencanakan, dan mengevaluasi aksi nasional terkait flu burung," kata kementerian itu.
Negara Amerika Selatan yang menjadi pengekspor daging ayam terbesar di dunia itu telah mengkonfirmasi setidaknya delapan kasus virus H5N1 pada unggas liar, yang dikhawatirkan dapat menular ke ternak komersial dan manusia, meski kasus tersebut belum terjadi.
Untuk itu, dalam langkah mengamankan ternaknya yang tahun lalu berhasil mencapai penjualan hingga 9,7 miliar dolar (Rp 144 triliun), Brasil memilih untuk mengambil langkah cepat dengan mengumumkan keadaan darurat kesehatan hewan.
Selama akhir pekan, Kementerian Kesehatan turut menguji sampel dari 33 kasus dugaan flu burung pada manusia di Espirito Santo, sebagai wilayah pertama yang mengkonfirmasi kasus pada burung liar, namun tes itu menunjukkan hasil negatif untuk subtipe H5N1.
Dalam beberapa bulan terakhir ini, negara-negara lain di dunia, seperti Jepang dan Argentina tengah terhuyung-huyung oleh kasus flu burung di industri unggasnya, yang memicu banyak kematian pada hewan, dan menyebabkan tingginya harga telur di negara itu.
BERITA TERKAIT: